Liverpool supporters Wembley Carabao Cup final 2022Getty

Mengapa Suporter Disebut Pemain Ke-12 Di Sepakbola?

Sepakbola memiliki kosakatanya sendiri dan mereka yang tidak akrab dengan olahraga ini dapat dibuat bingung oleh beberapa istilah yang ada.

Salah satu frasa yang mungkin pernah Anda dengar adalah "pemain ke-12", tetapi apa arti sebenarnya dari itu?

Goal coba menjabarkannya di sini!

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Apa Arti Pemain Ke-12 Di Sepakbola?

'Pemain ke-12' dalam sepakbola adalah istilah yang mengacu untuk suporter suatu kesebelasan.

Istilah ini didasarkan pada atmosfer yang dapat dihasilkan oleh sekumpulan penggemar dan pengaruhnya terhadap pertandingan.

Dalam sepakbola, satu tim terdiri dari 11 pemain, jadi pemain ke-12 mengacu untuk pendukung tim tersebut - menggarisbawahi peran mereka dalam mendorong atau memotivasi timnya untuk tampil lebih baik guna mencetak gol.

Kehadiran pemain ke-12 sangat lazim di pertandingan kandang, di mana sebagian besar stadion diisi oleh pendukung mereka sendiri untuk memaksimalkan keuntungan menjadi tuan rumah.

Aksi mereka seperti bernyanyi, bersorak, bertepuk tangan dan memberikan feedback positif bisa memiliki pengaruh yang signifikan pada para pemain.

Mencemooh tim lawan hingga membuat mereka kehilangan fokus juga akan menambah suasana di dalam stadion.

Camp Nou Barcelona general viewGetty Images

Pentingnya pemain ke-12 sangat menonjol dalam kompetisi sistem gugur seperti Liga Champions, Liga Europa atau kompetisi klub domestik seperti Piala FA dan Piala Carabao.

Jika sebuah tim kalah pada leg pertama di kompetisi sistem gugur di kandang lawan, seperti perempat-final atau semi-final, kemudian mereka berharap untuk memiliki sedikit keuntungan kandang pada leg kedua.

Di kandang sendiri mereka dapat menggunakan motivasi dari suporternya dan keakraban dengan stadion untuk mengejar ketertinggalan.

Itulah sebabnya mengapa memainkan leg kedua pertandingan sistem gugur dianggap sebagai keuntungan besar dalam sepakbola.

Secara teoritis, sebuah klub biasanya akan tampil lebih baik jika mereka berada di kandang, di mana kehadiran pemain ke-12 akan terasa lebih besar.

Liverpool Kop AnfieldGetty

Comeback terbaik di Eropa, atau Remontadas, pernah terjadi selama pertandingan yang mengusung sistem dua leg di Liga Champions.

Salah satunya terjadi pada Barcelona, yang membalikkan defisit empat gol di babak 16 besar Liga Champions melawan Paris Saint-Germain pada 2017. Waktu itu, raksasa Catalunya tersebut secara mengejutkan kalah di leg pertama di Parc des Princes dengan skor 4-0, tetapi berhasil menang 6-1 di Camp Nou di leg kedua - dan mengenggam agregat 6–5.

Demikian pula Liverpool, yang mendapati diri mereka dalam skenario yang mustahil ketika dikalahkan 3-0 oleh Barcelona di leg pertama semi-final Liga Champions 2019 di Camp Nou.

Semua harapan tampaknya sirna, namun The Reds berhasil menggunakan kekuatan pemain ke-12 di Anfield sebagaimana mereka mencetak empat gol di leg kedua untuk memenangkan pertandingan dengan agregat 4-3, sekaligus menyingkirkan juara Spanyol sebelum kemudian memenangkan Liga Champions.

Iklan