Alexi Lalas USA Cult Hero HIC 16:9GOAL

Alexi Lalas: Kerlip Simbol USMNT yang Ubah Sepakbola Amerika Selamanya

Jauh sebelum bintang-bintang seperti Christian Pulisic, Weston McKennie, dan Gio Reyna mulai mengubah persepsi dengan kiprah mereka di Eropa, sepakbola Amerika terkenal secara global untuk simbol yang berbeda.

Kala itu pada 1994, beberapa tahun sebelum salah satu bintang timnas pria AS yang disebutkan sebelumnya bahkan lahir.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Musim panas, Piala Dunia diselenggarakan di Amerika Serikat pada momen nyata pertama negara adidaya tersebut di bawah sorotan agenda sepakbola dunia.

Dari sana, muncul simbol ikonik. Itu bukan momen, jersey, nyanyian, atau gol. Sebaliknya, itu adalah gerai rambut merah yang tampak tak berujung.

Rambut dan janggut yang serasi, memikat dunia dan memberi timnas pria AS salah satu wajah pertama yang dapat dikenali. Dalam momen nyata dan menentukan pertama sepak bola Amerika di panggung global, seorang bintang telah muncul.

Pemain di balik rambut itu adalah Alexi Lalas, bek berusia 24 tahun kala itu yang, hingga hari ini, merupakan salah satu tokoh yang lebih dikenal dalam sejarah sepakbola Amerika.

Bukan hanya melulu karena rambutnya, yang sebetulnya telah lama dicukur, tapi juga karena dampak yang ia berikan pada tim pada tahun-tahun sesudahnya.

"Itu adalah kegilaan,” ucap Lalas kepada Podcast Bisnis FootballCo ketika merenungkan turnamen di mana ia menjadi ikon.

"Saya duduk di hadapan mikrofon ini dari rumah saya di Los Angeles karena Piala Dunia 1994. Itu mengubah hidup saya selamanya,” tutur dia.

"Saya dilimpahkan kekuatan dari apa yang dapat dilakukan Piala Dunia untuk seorang individu, tapi yang lebih penting, saya melihat apa yang dapat dilakukan untuk olahraga di seluruh dunia dalam hal persepsi, tapi yang lebih penting, secara personal. Ini pada dasarnya berubah. Itu adalah penanda,” tambahnya.

Alexi Lalas Romario USMNT Brazil 1994 World Cup GFXGetty/GOAL

Seperti banyak anak muda Amerika pada masa itu, karier Lalas dimulai tanpa banyak harapan. Ia adalah bintang universitas pada rentang 1988–91 di Universitas Rutgers. Tapi, pada saat itu, AS masih lima tahun lagi dari pembentukan MLS.

Pada 1991, Lalas meninggalkan universitas untuk fokus mendapatkan tempat bersama tim nasional, yang bermain di level yang jauh berbeda dari yang skuat di Qatar musim gugur ini.

Sang bek ikonik mendapatkan debut caps pada Maret 1991 melawan Meksiko dan yang kedua empat hari kemudian, tapi tidak tampil lagi sampai 1993.

Selama tahun itulah dia mulai menjadi pilar untuk USMNT jelang Piala Dunia 1994, yang akan diadakan di kandang sendiri.

Dalam turnamen itulah Lalas, dan USMNT, kali pertama menjadi arus utama di negara asal mereka.

"Saya menceritakan kisah ini sepanjang waktu," Lalas memulai.

"Beberapa pekan sebelum Piala Dunia, saya naik pesawat dan mengambil kursi tengah karena begitulah cara kami melakukan perjalanan saat itu sebagai tim nasional dan duduk di sebelah seorang wanita yang lebih tua dan memulai percakapan. Dia bertanya kepada saya 'Apa yang harus dilakukan, Anda lakukan!’ dan saya mengatakan kepadanya bahwa saya bermain sepakbola,” ujar dia.

"Dia bertanya 'Apa pekerjaanmu?' Ya, saya bermain sepakbola. Lalu dia bertanya, 'Tapi apa yang Anda lakukan demi uang?' Lalu saya berkata bahwa saya bermain sepakbola! Dua pekan kemudian, saya berada di depan satu miliar pasang mata penonton untuk bermain di Piala Dunia,” imbuhnya.

Lalas memulai dan bermain selama 90 menit di masing-masing dari empat pertandingan USMNT, dan disebutkan secara terhormat saat Tim All-Star pasca-turnamen dipilih.

Faktanya, Lalas dan rekan satu timnya di AS memikat penonton Amerika tidak seperti tim mana pun yang terbentuk sebelum mereka.

Sejak USMNT muncul dalam jersey denim terkenal itu, jelas terlihat bahwa tim ini berbeda.

Perjalanan mereka dimulai dengan hasil imbang 1-1 dengan Swiss, dengan Eric Wynalda mencetak gol pertama USMNT dalam turnamen.

Kemudian, AS mendapatkan kemenangan perdana mereka, meskipun sejak itu telah dirusak oleh kejadian berujung kematian.

Berhadapan dengan timnas Kolombia dan dilihat oleh banyak orang sebagai pesaing yang sah untuk memenangkan semuanya, Lalas dan USMNT tampil sebagai pemenang. Earnie Stewart mencetak gol untuk AS bersama gol bunuh diri Andres Escobar yang berujung tragedi dalam kemenangan AS 2-1.

Alexi Lalas USMNT 1994 World Cup GFXGetty/GOAL

Pertandingan itu mungkin paling diingat untuk pembunuhan tragis Escobar tak lama setelah dia kembali ke Kolombia. Tapi, di lapangan, itu adalah 90 menit yang menentukan sepakbola Amerika.

Dilangsungkan di depan 100.000 suporter di Rose Bowl, itu adalah pembuktian pertama USMNT, dan salah satu kenangan abadi dari pernyataan tersebut adalah Lalas yang terbungkus bendera Amerika dengan tangan terangkat tinggi.

"Saya menyadari bahwa ini adalah peluang dan momentum yang bagus,” kata Lalas.

"Juga, tahun 90-an begitu semarak, flamboyan, penuh warna, jenis estetika di wajah Anda adalah bagian dari 90-an.”

"Saya selalu menganggap diri saya sebagai pemain dan penghibur... Saya memproyeksikan karakter dan memainkan karakter, itulah yang saya lakukan.”

"Estetika yang saya miliki dengan rambut, janggut, dan kostum yang besar, berani, menarik, Amerika dengan denim imitasi dan bintang dan garis-garis, saya pikir itu bergema di rumah dan juga di seluruh dunia.”

"Saya tahu dan kami tahu sebagai tim bahwa kami memperkenalkan diri ke negara kami sendiri dan juga ke dunia,” pungkasnya.

USMNT kalah dalam pertandingan penyisihan grup ketiga. Mereka ditekuk Rumania 1-0, tapi cukup berhasil untuk melangkah sebagai tim urutan ketiga.

Laju mereka berakhir dengan kekalahan 1-0 dari pemenang edisi tersebut, Brasil. AS tampil berani dan mengerahkan segalanya sebelum kebobolan pada menit ke-72 melalui Bebeto.

Meski USMNT tereliminasi, dunia telah banyak berubah untuk sepakbola Amerika, juga untuk Lalas.

Alexi Lalas Padova GFXGetty/GOAL

Lalas kemudian bergabung dengan tim Serie A, Padova, tidak lama setelah turnamen. Ia sekaligus menjadi orang Amerika pertama yang bermain di klub kasta teratas Italia.

Berkarier di Italia, Lalas mencetak gol yang mengesankan melawan AC Milan dan Inter, menjadi salah satu orang Amerika pertama yang benar-benar menonjol di lima liga top Eropa.

Pada 1996, sang pemain kembali ke AS untuk bergabung dengan klub MLS yang baru dibentuk. Ia menjadi salah satu pemain beken di Liga Amerika Serikat bersama sejumlah ikon sepakbola Amerika lain, yakni: Eric Wynalda, Tab Ramos, dan Tony Meola serta beberapa megabintang, yaitu: Hugo Sanchez, Marco Etcheverry, Jorge Campos, Roberto Donadoni, dan Carlos Valderrama.

Di MLS, Lalas pernah bermain untuk New England Revolution, MetroStars, Kansas City Wizards, dan LA Galaxy sebelum pensiun pada 2004.

Dampaknya, harus diakui, telah jauh melampaui lapangan permainan. Ia telah menjabat di jajaran eksekutif di San Jose Earthquakes, Metrostars/New York Red Bulls, dan LA Galaxy. Dialah orang yang memboyong David Beckham ke MLS selama masa jabatannya di Hollywood.

Kedatangan Beckham pada 2007 dipandang sebagai momen yang menentukan bagi sepakbola Amerika, yang masih terasa bertahun-tahun kemudian saat MLS terus berkembang.

Itu sebabnya Lalas masih dikenang oleh banyak orang, bahkan bagi yang tidak terlalu peduli dengan sepakbola Amerika.

Lalas bukan pesepakbola Amerika yang paling berbakat. Dia juga bukan bintang sejati tim 1994 itu, dengan Ramos, Wynalda, Meola, John Harkes, Claudio Reyna, dan Brad Freidel dengan karier masing-masing yang luar biasa dan layak untuk masuk ‘Hall of Fame’.

Tapi, rambut dan janggut merah yang dikelilingi oleh bendera Amerika itu, adalah gambaran yang melekat di dunia hingga hari ini.

Alexi Lalas flag USMNT 1994 World Cup GFXGetty/GOAL

Rambut dan janggutnya sudah lama dipangkas, digantikan dengan potongan cepak yang lebih kalem. Begitu juga dengan jersey denim terkenal, yang telah ditukar dengan jas dan mikrofon di studio Fox, tempat mantan bek AS itu kini bekerja sebagai analis.

Hingga hari ini, Lalas tetap menjadi ikon sepakbola Amerika.

Selain sebagai analis di televisi, Lalas juga aktif di Twitter dan sering memilih untuk membuat marah komunitas sepakbola Amerika. Jika ada sesuatu yang terjadi di ajang ’soccer’ AS, ia biasanya sedikit bersenang-senang dengan mengungkapkan pendapatnya tentang hal itu.

Pada 2026, sepakbola Amerika akan mendapatkan momen keduanya dalam sorotan ketika Piala Dunia kembali ke AS. Ya, 32 tahun setelah musim panas yang masih menempel di ingatan itu.

Banyak yang percaya bahwa turnamen tersebut akan mengangkat sepakbola Amerika ke stratosfer yang lebih tinggi karena popularitas permainan ini terus meningkat berkat bintang-bintang seperti Pulisic, Reyna, dan McKennie.

Tapi semua itu tidak akan mungkin terjadi jika bukan karena edisi 1994, musim panas yang benar-benar menempatkan sepakbola Amerika di peta, dan Lalas, pemain yang muncul sebagai wajah tim tersebut.

“Ada seluruh generasi yang, sampai hari ini, mendatangi saya,” kata Lalas.

“Musim panas itu secara mendasar mengubah cara kami memandang sepakbola, dan juga dengan Piala Dunia Wanita 1999.”

"Itu adalah penanda dalam sejarah sepakbola yang sangat aneh dan panjang di AS.”

"Ini adalah momen penting di mana hal-hal mendasar mengubah cara kami melihat sepakbola, cara kami memainkannya, dan cara kami melakukan pendekatan untuk itu,” pungkasnya.

Iklan