Di Livio GFXGoal

Angelo Di Livio - Anomali Rivalitas Juventus & Fiorentina, Dari Musuh Jadi Idola

Nama Angelo Di Livio mungkin memang tidak setenar Alessandro Del Piero, Francesco Totti atau Gianluigi Buffon yang merupakan pesepakbola top pemenang Piala Dunia bersama Italia dalam generasinya.

Namun, bagi tifosi Juventus dan Fiorentina, nama Di Livio bukan tempat khusus di hati mereka, menjadi anomali dari rivalitas kedua klub Serie A tersebut.

Menyeberang dari Juventus ke Fiorentina, loyalitas Di Livio awalnya sangat diragukan namun uniknya ia berakhir di sana sebagai salah satu legenda klub.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Awal karier Di Livio

Di Livio memulai kariernya sebagai gelandang di AS Roma pada 1984, namun takdir membawanya menjauh dari klub kota kelahirannya tersebut.

Tanpa pernah mencatatkan penampilan bersama tim utama, ia pergi untuk memperkuat beberapa klub selama tahun-tahun berikutnya yakni di Reggiana, Nocerina, Perugia hingga empat tahun berseragam Padova sebelum pergi pada 1993.

Jadi legenda Juventus

angelo di livio juventus turin champions league 12071995Getty Images

Namanya baru benar-benar berkibar saat Di Livio membela Juventus pada musim 1993 hingga 1999 sebagai salah satu tulang punggung lini tengah dalam posisinya di gelandang bertahan.

Bersama Bianconeri, ia sukses meraih total sembilan gelar juara termasuk Liga Champions 1996, Piala Super Eropa serta Piala Interkontinental di tahun yang sama.

Peran dan gaya mainnya memang tidak menonjol seperti rekan-rekannya saat itu, Roberto Baggio atau Zinedine Zidane, namun kerja kerasnya yang pantang menyerah membuatnya mendapat julukan Il Soldatino.

Sejak mencuat bersama Juve, Di Livio memikat perhatian tim nasional Italia di bawah arahan empat pelatih berbeda yakni Arrigo Sacchi, Cesare Maldini, Dino Zoff dan Giovanni Trappatoni.

Di Livio membuat keputusan mengejutkan pada akhir musim 1998/99, meninggalkan Juve untuk kemudian bergabung dengan Fiorentina.

Loyalitas tanpa batas, dari musuh jadi idola Fiorentina

Siapa pun pemain yang pindah dari Juventus ke Fiorentina atau pun sebaliknya, pasti akan mengundang kontroversi mengingat hubungan buruk kedua suporter klub tersebut.

Tifosi Fiorentina sangat membenci Juventus, itu sejak pahlawan mereka, Roberto Baggio dibajak Si Nyonya Tua jelang Piala Dunia 1990 dimulai.

Di Livio pun dicurigai masih memiliki hati sebagai Bianconeri, itu diperburuk dengan penampilan buruknya tiga bulan sejak pindah ke Artemio Franchi. Suporter La Viola sampai dipaksa melakukan degobbizzazione yakni ritual "penyucian" bagi siapa pun yang pindah dari Juve ke Fiorentina.

Angelo Di LivioGetty Images

Dan, tak cuma di mulut saja, Di Livio benar-benar membuktikannya dengan aksi. Loyalitasnya bagi Fiorentina bahkan melebihi yang lain. Saat klub terpuruk, ia sama sekali tidak mengikuti jejak para pemain lainnya yang memilih untuk pergi.

Pada musim 2001-2002, Fiorentina tergradasi ke kasta Serie B sebelum akhirnya dinyatakan bangkrut dan makin terperosok ke jurang terdalam, Serie C.

Bahkan Fiorentina harus mengganti nama mereka karena persyaratan administrasi dan mendaftar sebagai klub baru di bawah era kepemimpinan Della Valle bersaudara. Kesetiannya tercermin dari dirinya, yang menjadi satu-satunya pemain tersisa yang masih mau bermain untuk Fiorentina di masa terburuk klub.

Tak sekadar bermain, Di Livio juga bahkan rela mendapat mendapat pemotongan gaji demi terus membela panji Fiorentina.

Dari situlah, penggemar Fiorentina semakin jatuh hati padanya. Kisah Di Livio memang unik, yang awalnya seorang Bianconero namun menutup karier bermainnya pada 2005 lalu sebagai idola sekaligus pahlawan Fiorentina.

Iklan