Taribo West Nigeria

Bek Sentral Yang Bangkit Dari Kematian - Apa Kabar Taribo West?

Satu-satunya hal yang lebih unik dari rambut Taribo West adalah perihal usianya. Tetapi terlepas dari berapa usia yang dia akui, satu hal yang pasti: West tahu betul cara bertahan.

Pria 48 tahun ini menjalani karier yang membawanya berkeliling dunia, dari Nigeria sampai Iran, dengan beberapa pemberhentian di Eropa. Kepangan nyelenehnya seolah menjadi kontras dengan caranya bertahan yang sederhana tapi mematikan, lengkap dengan tekel-tekel ganas dan larinya yang menusuk ke depan.

Kontroversi terkait usianya timbul setelah karier bermainnya selesai. Pada 2013, ketika bekas presiden Partizan Belgrade, Zarko Zecevic berkata kepada surat kabar Serbia Vecernje Novosti: "[West] bergabung ke kami dengan mengakui berusia 28 tahun. Kami lalu mengetahui kalau dia ternyata sudah 40 tahun, tetapi dia tetap bermain bagus, jadi saya enggak menyesal ada dia di tim kami."

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Namun West membalasnya dengan segera, menegaskan bahwa: "Catatan personal saya berada di tangan Obanta United dan liga profesional sejak 1990-an dan, selama itu, saya menggunakan usia asli saya."

Apa pun kebenarannya, tak diragukan bahwa dia menjalani karier yang panjang dan nomaden.

Taribo West Ronaldo Inter UEFA CupGetty ImagesTaribo West Raul Nigeria SpainTaribo West Alan ShearerGetty Images

Setelah berpindah-pindah di tanah airnya (Nigeria) dengan bermain buat berbagai tim hingga 1993, West hijrah ke Prancis untuk bergabung dengan Auxerre setelah sukses melakoni trial. Tetapi dia dia hanya mendapatkan satu kesempatan tampil di musim pertama; dan, tak perlu kaget lagi: dia kena kartu kuning di laga yang berakhir 0-0 melawan Toulouse.

Musim 1994/95 Auxerre finis keempat di Divisi Utama Prancis (kini Ligue 1), dan West memainkan 23 pertandingan. Ia menjadi bagian lini belakang Les Diplomates yang mencatatkan pertahanan terbaik seimbang dengan Nantes yang keluar sebagai juara, dengan hanya kebobolan 34 gol saja.

Namun, isu kedisiplinan jadi problema buat West, yang kena kartu merah dua kali dan mengoleksi enam kartu kuning.

Tahun berikutnya, West melakoni kampanye terbaiknya. Bersama Auxerre, ia mengawinkan gelar liga dengan Coupe de France (Piala Prancis) sebelum memainkan setiap menit bersama Nigeria ketika meraih medali emas Olimpiade 1996.

Ia mendapatkan debut Liga Champions-nya pada musim 1996/97, membantu Auxerre mencapai perempat-final. Kebolehannya itu membuat West masuk radar tim-tim besar.

Setelah membuat Real Madrid, Manchester United, dan Barcelona kepincut pada Juni 1997, West pada akhirnya pindah ke Inter Milan dengan biaya sekitar £2 juta.

Di musim pertamanya di Giuseppe Meazza, Nerazzurri finis kedua di Serie A dan menjuarai Piala UEFA (kini Liga Europa), meski West dikartu merah di partai puncak (meski sejujurnya pelanggaran yang ia lakukan tak seberat itu).

West lalu untuk pertama kalinya mencicipi Piala Dunia pada 1998. Nigeria lolos fase grup tapi sayangnya tersingkir di 16 besar setelah dihajar Denmark 4-1, dan membuat Menteri Kebudayaan Nigeria saat itu, Otumba Runshewe, mengkritik pilihan fashion West yang penuh warna.

"Anak muda kita meniru pesepakbola kita, tetapi para pemain tampaknya lupa bahwa kepangan itu seperti memeluk homoseksualitas di negara berkembang," klaimnya. "Kami jelas tak menginginkan itu."

Taribo West Runshewe PSGetty Images

Pada Januari 2000, West menyebrang ke tetangga, ke AC Milan, setelah dibekukan oleh Inter. Tetapi di sana dia juga hanya bermain empat kali sebelum diusir. Ia terkejut, karena merasa dialah bek terbaik di Rossoneri, bahkan lebih bagus daripada Paolo Maldini yang melegenda itu.

"Di tahun 2000, saya bermain di Piala Afrika bersama Nigeria dan saat saya kembali Maldini cedera," jelasnya kepada Supersport 2013 lalu.

"Saya bermain sebagai penggantinya tetapi diberitahu dengan jelas bahwa tak ada yang bisa menyingkirkan Maldini karena dia godfather Milan. Tidak ada yag bisa merebut posisi Maldini."

"Saya syok. Waktu itu mereka menyebarkan begitu banyak kebohongan soal saya karena ingin menyingkirkan saya. Selama empat laga saya bermain, saya selalu menjadi pemain terbaik mereka, tetapi kontrak saya tak diperbarui."

Buntutnya, dia bergabung dengan Derby County dengan kesepakatan pinjaman selama tiga bulan dan membantu The Rams selamat dari degradasi dari Liga Primer Inggris sebelum ke Kaiserlautern, di mana ia dilepas setelah hanya bermain 10 kali, dengan alasan: "sangat tidak setuju dengan perilaku Taribo West."

Kontroversi seolah terus membuntutinya ke mana pun West pergi, buat klub dan negara, dan dia jadi kambing hitam tersingkirnya Nigeria di Piala Dunia 2002, setelah Super Eagles cuma bisa mengemas satu poin dari tiga laga di fase grup.

"Kami membawanya ke [Piala Dunia] untuk memandu para pemain," jelas pelatih Adegboye Onigbinde. "Tetapi, seperti yang kami ketahui belakangan, dia cuma meminta pemain lain untuk bermain sesuai gayanya, melawan apa yang kami minta dari mereka. Dia tidak pernah bersama kami."

West lalu menghabiskan 18 bulan bersama Partizan tetapi lalu hengkang atas kesepakatan bersama dan tampil buat Al-Arabi di Qatar, Plymouth Argyle di Inggris, dan Paykan FC di Iran, sebelum gantung sepatu pada 2008.

Taribo West Maldini PSGetty Images

Dia tetap aktif di sepakbola, setidaknya untuk beberapa waktu, meluncurkan program 'Future Stars Football Talent Hunt with Taribo West' di 2010, yang bertujuan untuk "membawa sepakbola Nigeria naik level".

Namun, di 2014, dia menjadi pendeta Kristen dan mendirikan ministry-nya sendiri: 'Shelter in The Storm Miracle Ministries of All Nations'.

Bahkan ada sebuah klaim, meski tak bisa dipertanggungjawabkan, bahwa ketika bermain di Italia, dia menggelar kelas Alkitab di rumahnya dan menyaksikan kekasihnya yang orang Yugoslavia berubah menjadi ular. Dan saat itulah, menurut klaim tersebut, dia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk Yesus.

Selain anekdot bombastis yang sukar dipercaya itu, sebuah stasiun radio Afrika Selatan pernah mengklaim bahwa West meninggal tahun 2016, yang ditanggapi dengan ketidakpercayaan.

Untungnya, laporan kematian West dilebih-lebihkan. Bekas penggawa timnas Nigeria, Etim Esin, menenangkan kompatriot-kompatriotnya, "Saya barusan ngobrol sama Taribo West! Kawan baik saya yang seorang pendeta ini masih hidup dan sehat."

"Saya kaget sekali orang-orang mendoakan kematian kepada seseorang tanpa alasan."

Apalagi kepada seseorang seperti Taribo West, mantan pesepakbola garang dengan kisah hidup penuh warna seperti kepangan gemasnya.

Iklan