DE KETELAERE MILAN HDGetty

Siapakah Charles De Ketelaere, Permata Brugge Yang 'Otw' Jadi Bintang AC Milan

Ketika Charles De Ketelaere naik ke panggung untuk menerima penghargaan Promise of the Year di Belgian Sports Award pada pertengahan Desember, video di belakangnya tidak menunjukkan tujuannya.

Bintang muda Brugge itu awalnya bukanlah wonderkid di dunia sepakbola. Sepuluh tahun lalu, dia adalah kandidat sebagai salah satu petenis jempolan di Belgia.

De Ketelaere, anak yang menjanjikan di tenis, akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak kompatriotnya, Romelu Lukaku dan David Origi. Tidak ada raket lagi, tidak memainkan bola kecil lagi: lebih baik menendang bola yang besar.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

"Dalam sepakbola, mencari alasan ketika Anda kalah lebih mudah, di tenis Anda sendirian," dia memberi tahu Het Nieuwsblad.

"Jika Anda bermain buruk, itu salah Anda. Saat itu tidak. Terkadang saya melempar bola dengan sengaja atau bahkan berhenti bermain. Ibu saya mencoba membantu saya karena terkadang dia malu, saya bahkan memiliki pelatih mental untuk menenangkan saya."

Di luar momen-momen rumit tersebut, terlihat jelas bagaimana De Ketelaere membuat pilihan yang tepat, mengingat dalam satu tahun terakhir ia menjadi salah satu talenta terbaik di sepakbola Belgia. Sedemikian rupa perjalanannya sehingga AC Milan memutuskan untuk berinvestasi dan bertaruh padanya, membawanya ke Serie A.

Pada usia 21 tahun, playmaker itu telah membuat lebih dari 100 penampilan di tim utama (juga memenangkan tiga kejuaraan) dan melakoni debutnya untuk timnas Belgia pada November 2020 saat melawan Swiss, dengan ia hingga kini telah memiliki delapan caps dan mencatatkan satu gol, yang ia cetak saat menghadapi Italia di UEFA Nations League.

"Apa yang saya impikan sebagai seorang anak menjadi kenyataan. Saya menandatangani kontrak dengan Brugge, tim di kota tempat tinggal saya dan telah bermain untuk waktu yang lama, kemudian debut di tim nasional."

De Ketelaere mengalami peningkatan pesat, dimulai pada musim panas 2019 ketika ia dipilih Brugge sebagai salah satu dari tujuh pemain akademi yang promosi ke tim utama.

Debut di Piala Belgia melawan Francs Borains pada September 2019 -- setelah hanya menghangatkan bangku cadangan di dua laga sebelumnya -- kemudian mendapat kesempatan untuk bermain di pertandingan penting saat ia menjadi starter melawan Paris Saint-Germain di Liga Champions.

Brugge takluk lima gol tanpa balas dari PSG, tapi De Ketelaere bersinar saat itu, tampil sebagai gelandang dan memimpin lini tengan timnya. Tak lama setelah itu, ia melakoni debutnya di liga.

Pada 2019/20, De Ketelaere terus berjuang untuk mendapat menit bermain reguler, dan ia berhasil mencetak gol perdananya saat melawan Genk. Pada bulan April, ia menandatangani kontrak baru berdurasi tiga tahun, namun ia masih harus berada di bangku cadangan.

Tetapi, Liga Champions sekali lagi menjadi panggung pembuktiannya, dengan gol kemenangannya ke gawang Zenit di laga pertama penyisihan grup 2020/21. Fleksibilitasnya untuk bisa bermain sebagai winger kiri dan bahkan bek sayap ketika keadaan darurat ketika menghadapi Borussia Dortmund. ia juga akrab dengan peran false 9. Bakatnya sangat luar biasa: paket lengkap, punya akurasi tembakan yang luar biasa dan penuh semangat.

Legenda Belgia Gert Verheyen memuji De Ketelaere, kepada Het Nieuwsblad ia mengatakan: "Fleksibilitasnya adalah nilai tambah yang besar. Lengkap, dengan perpaduan kualitas fisik dan teknisnya."

"Jika mereka bermain menyerang sepanjang musim dan dia terus seperti ini, dia akan mencetak 15 gol. Saya rasa kualitas yang ia tawarkan akan menjadi hal yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk sepakbola Belgia."

Mengingat situasi kontrak dan kemajuan pesat serta perubahan perannya, Brugge menganggap tepat untuk memagarinya senilai €35 juta. Angka yang disetujui Milan, juara bertahan Italia, dan memutuskan untuk membayarnya kepada klub Belgia tersebut.

"Fakta bahwa dunia mengenal saya dan berharap banyak tidak membuat saya takut, saya sangat kritis terhadap diri saya sendiri, jadi saya menciptakan tekanan sendiri," ujar De Ketelaere. "Saya tidak pernah berpikir bahwa hari esok tidak bisa lebih baik."

"saya selalu menonton pertandingan saya, terkadang ibu sya ingin menonton bersama dengan saya, tapi saya tidak menyukai hal itu. Baginya, Anda pasti bermain sangat baik, sementara saya menganalisis permainan saya dengan sangat kritis."

Untuk anak laki-laki yang tumbuh sebagai pengidola Cristiano Ronaldo dan Roger Federer, mengejar kesempurnaan bukanlah kejutan. Menurut De Ketelaere, sepakbola terbukti menjadi alternatif yang sempurna untuk meninggalkan tenis.

Iklan