Dong FangzhuoGetty

Dong Fangzhuo Di Manchester United: Bias Antara Titipan & Bakat Alami

Sepakbola Tiongkok memang sangat jarang menelurkan bakat kelas dunia, namun sekalinya pernah mereka langsung mencuri perhatian publik dalam kisah Dong Fangzhuo.

Pada 2004, sepakbola Inggris kedatangan Dong Fangzhuo, seorang striker muda yang bergabung dengan Manchester United setelah ditransfer dari klub Tiongkok, Dalian Shide.

Biaya transfernya relatif murah, cuma £500.000 yang dibayarkan Setan Merah di awal dan berpotensi mencapai £3,5 juta berdasarkan jumlah penampilan.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Yang jadi pertanyaan publik waktu itu, dan mungkin sampai sekarang, apa motif di balik transfer yang dilakukan United tersebut? Apakah mereka benar-benar mengakui talenta sang pemain? Atau sekadar taktik bisnis United untuk memperluas pasar di Tiongkok?

Jawabannya bisa keduanya.

Dari sisi pemasaran, transfer Dong ke United langsung menarik penggemar baru di Tiongkok meski banyak dari mereka yang bahkan tidak mengenal betul sang pemain.

Mengingat reputasi United dalam membina pemain muda, ada harapan untuk melihat Dong bisa berkembang dan menjadi salah satu pemain penting di Old Trafford.

Dong Fangzhuo - Manchester United 2007Getty

Namun, segalanya tak semulus seperti ketika United menerapkan taktik yang sama dalam merekrut Park Ji-sung, yang sukses sebagai pemain dan juga mampu mendongkrak popularitas United di Korea Selatan.

Indikasi bahwa United berniat mengeruk keuntungan terlihat ketika tak lama setelah merekrut Dong, mereka langsung memainkannya dalam tiga pertandingan selama tur musim panas 2005 di Asia. Sebaliknya, di laga resmi tidak seperti itu jalannya.

Satu-satunya penampilan resmi Dong bersama United dicatatkan pada Mei 2007, ketika menjadi starter menemani Ole Gunnar Solskjaer di depan dalam pertandingan Liga Primer Inggris yang sudah tidak menentukan lawan Chelsea di Stamford Bridge karena pasukan Sir Alex Ferguson sudah mengunci gelar juara.

Selebihnya, karier Dong selama empat tahun dikontrak United lebih banyak dihabiskannya di luar Manchester. Izin kerja yang sulit didapatkan membuatnya dipinjamkan ke klub Belgia, Royal Antwerp selama dua musim mulai 2004 hingga 2006.

Sebenarnya performa Dong di Belgia cukup menjanjikan. Di musim pertamanya bersama Antwerp di kasta kedua, ia mencetak satu gol dari sembilan penampilan di paruh pertama musim. Performanya meningkat semusim berikutnya, 18 gol dari 29 penampilan menjadi bukti kualitas bagi seorang pemain yang baru menginjakkan kaki di Eropa.

Musim berikutnya, 2006/07, Dong dipanggil ke tim nasional Tiongkok. Meski cuma sebatas tampil di laga-laga uji coba dan tidak menembus skuad untuk Piala Asia 2007, jumlah penampilan internasionalnya dan perkembangan di Antwerp sudah cukup baginya membuka jalan kembali ke United.

Sayangnya, kiprah Dong tidak berlangsung lama sekembalinya ke Old Trafford karena cuma jadi pemain pelengkap dan setahun berikutnya, pada 2008, ia memutuskan untuk meninggalkan United dan kembali ke klub kampung halamannya, Dalian Shide.

Kendati gagal menghidupkan kembali kariernya di Tiongkok, di mana Dong gagal mencetak satu gol pun dalam 26 penampilan, beruntungnya jalan kembali ke Eropa masih terbuka baginya pada 2009 ketika sukses menjalani trial bersama klub Polandia, Legia Warsawa.

Dong FangzhuoGetty Images

Setelah serangkaian penampilan pramusim yang mengesankan, ia menandatangani kontrak 18 bulan dengan opsi untuk dua tahun lagi. Tapi nasib baik lagi-lagi tidak menyertainya, performanya dianggap tidak memenuhi standar klub papan atas Polandia itu dan hanya diberi dua kesempatan tampil sebelum kontraknya diputus.

Musim-musim berikutnya dijalani Dong dengan mencoba peruntungannya di Portugal bersama Portimonense dan Armenia bersama Mika sebelum kembali ke Tiongkok dan bermain untuk Hunan Billows serta Hebei Zhongji sebelum gantung sepatu pada 2014 lalu.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada salah satu pemain dengan prospek terbesar di Tiongkok itu? Bias antara label sebagai pemain titipan dan bakat alami memang jelas adanya, namun sikapnya sebagai seorang profesional yang mungkin menjadi penyebab kariernya gagal berkembang.

"Komitmennya sering dipertanyakan di media, karena ia menunjukkan kurangnya ambisi untuk naik ke level lebih tinggi," kata Christopher Atkins, agen pemain di Tiongkok, kepada Bleacher Report.

Pendapat itu juga diamini oleh salah satu pakar sekaligus pelaku pembinaan usia dini di Tiongkok, Tom Byer, yang juga pernah bekerja di berbagai negara di Asia.

"Ada berbagai macam rumor bahwa ia tergoda oleh kehidupan malam dan hal-hal semacam itu," kata Byer. "Satu hal yang ia lakukan yang tidak berhasil adalah ia mengecat rambutnya jadi pirang, yang tergolong tabu dalam kehidupan Asia, terutama di mata publik."

Memang benar adanya, karena selain mengalami penurunan kualitas permainan, Dong juga tidak bisa menjaga betul fisiknya sebagai atlet yang bermasalah dengan berat badannya bahkan sebelum usia 30 tahun, jauh sebelum memutuskan pensiun.

Iklan