Van Beukering - Pemain TerlupakanGoal

Jhonny Van Beukering: Pemain Naturalisasi Gagal Hingga Penemuan 600 Tanaman Ganja

Menyandang status naturalisasi tidak menjamin pemain bisa memberikan kontribusi besar untuk timnas Indonesia. Sudah ada beberapa nama yang dicap gagal.

Satu di antara pemain naturalisasi yang gagal adalah Jhonny van Beukering. Sosok berdarah Belanda tersebut resmi mendapatkan paspor Indonesia setelah mengambil sumpah pada akhir 2011.

Keputusan menaturalisasi Van Beukering, sempat menuai reaksi negatif dari publik Tanah Air. Posturnya yang tidak ideal karena kegemukan menjadi alasan utamanya.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

PSSI bergeming dengan kritikan yang diberikan tersebut. Van Beukering, tetap dipanggil menjadi bagian skuad timnas Indonesia untuk berlaga di Piala AFF 2012.

Saat Piala AFF berlangsung, Van Beukering lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan. Pelatih timnas Indonesia Nilmaizar, cuma sekali memainkannya di ajang tersebut.

Secara total, Van Beukering hanya dua kali membela timnas Indonesia. Ia melakukan debut ketika skuad Garuda melakukan persiapan Piala AFF di laga uji coba melawan Timor Leste.

Selepas Piala AFF, karier Van Beukering meredup. Ia yang sempat dikontrak Pelita Jaya, memutuskan pulang ke Belanda, lantaran tenaganya tidak lagi dibutuhkan klub tersebut.

Bukan perkara mudah untuk Van Beukering, mendapat klub baru di Belanda. Ia mesti lebih dulu menganggur sebelum FC Dordrecht, meminangnya.

Pengabdian Van Beukering bersama Dordrecht, tak berlangsung lama. Ia kemudian berpindah-pindah ke sejumlah klub seperti FC Presikhaaf, MASV Arnhem, AFC Arnhem, dan SP Silvolde.

SP Silvolde, merupakan kesebelasan terakhir yang diperkuatnya. Van Beukering, akhirnya menyatakan gantung sepatu pada 2019, saat usianya menginjak 36 tahun.

Jhon van Beukering, 20160430PROSHOTS

Tanaman ganja dan dihukum KNVB

Pada awal Januari 2014, Van Beukering menjadi sorotan media Belanda. Bukan karena kariernya yang melesat, melainkan polisi menemukan 600 tanaman ganja di kediamannya, di kota Arnhem.

Hanya saja, Van Beukering menampik ganja tersebut merupakan miliknya. Ia menyebut ratusan tanaman itu adalah punya orang yang menyewa rumahnya.

"Sebagai pemilik properti itu, saya seharusnya memeriksa lebih dekat. Jika saya tahu ini, tentu saja saya akan turun tangan. Tapi Anda tidak bisa mengawasi semuanya," kata Van Beukering, dikutip dari ad.nl.

Satu tahun berselang, Van Beukering mendapat hukuman dari federasi sepakbola Belanda (KNVB). Ia dituduh melakukan kekerasan kepada pemain muda.

Kejadian tersebut terjadi dalam sebuah pertandingan junior antara SC Veluwezoom melawan DVC'26 pada 2 September 2015. Saat itu, Van Beukering yang menjabat sebagai pelatih SC Veluwezoom dilaporkan telah memukul salah satu pemain muda, usai pertandingan.

KNVB pun, menghukum Van Beukering skorsing selama setahun. Namun, setelah mengajukan banding, sanksinya dikurangi menjadi enam bulan.

Kendati demikian, Van Beukering, tetap tidak terima dengan sanksi yang dijatuhkan. Ia menegaskan tak melakukan tindakan kekerasan apa pun.

"Saya dihukum atas dasar laporan keterlaluan. Anda tidak berpikir saya akan memukul seorang anak? Saya punya tiga anak. Saya senang bahwa hukuman saya berkurang. Sanksi 12 bulan itu konyol, tapi ini [enam bulan] juga masih terlalu banyak," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, Van Beukering kembali menyita perhatian. Ia yang sudah gantung sepatu menjadi kiper dadakan ketika SC Veluwezoom bersua Grasshanen.

Padahal, Van Beukering merupakan pelatih klub tersebut. Akan tetapi, ia terpaksa bertugas di bawah mistar gawang karena kiper utama timnya sedang cedera, sementara enam pemain lain, termasuk dua kiper lainnya memutuskan untuk hengkang.

"Saya tidak menyalahkan orang-orang yang hengkang, hanya saja itu momen yang tidak menyenangkan. Tentu karena saya membatalkan pemain yang ingin bermain di sini pada musim panas karena skuad kami sudah penuh."

Satpam kelab striptis

Masalah keuangan membuat Van Beukering harus rela bekerja jauh dari dunia sepakbola. Ia memutuskan untuk menjadi satpam kelab striptis yang berlokasi di De Nacht, Tilburg, Belanda.

Van Beukering bertugas di kelab tersebut tidak setiap hari. Ia datang ke sana pada akhir pekan dan mengaku tak masalah dengan profesinya yang sekarang.

“Kehidupan saya berubah dari surga menjadi neraka. Orang-orang tidak tahu betapa dalam saya terjatuh,” kata Van Beukering dilansir, Algemeen Dagblad.

“Saya kehilangan segalanya. Benar-benar segalanya. Kami harus hidup dengan keluarga dengan penghasilan €50 per pekan,” Van Beukering menambahkan.

Selain itu, Van Beukering menceritakan kisah pedih yang didapatkannya dalam menjalani hidup. Ia berharap tidak ada pesepakbola lain yang mengikuti jejaknya.

"Saya berdiri di sana, di gereja atau di depan masjid, memberikan paket sembako dari Bank Makanan. Paket sembako yang sebenarnya saya dan keluarga butuhkan sendiri, karena kami tidak punya apa-apa di rumah," ucapnya.

"Biarlah ini menjadi peringatan bagi pesepakbola lain yang berencana untuk memulai petualangan asing di negara yang istimewa. Pikirkan tentang uang Anda, ketahui apa yang Anda hadapi, jangan kaget," ia melanjutkan.

Kendati demikian, Van Beukering merasa pasrah dengan kondisi saat ini. Menurutnya, ada sisi positif yang bisa diambilnya pada pekerjaan sekarang.

“Pekerjaan [sebagai penjaga pintu di kelab striptis] yang menyenangkan. Bisa melihat payudara wanita berjam-jam. Siapa yang tidak menginginkannya. Sejauh ini, ini adalah klub terbaik dalam karier saya," tuturnya.

Iklan