Julio Cruz InterGetty Images

Drama Julio Cruz: 'Tukang Kebun' Inter Milan Yang Merana Di Timnas Argentina

Siapa yang tak kenal Hernan Crespo, Diego Milito atau Gabriel Batistuta? Ya, mereka semua adalah striker kelas dunia yang pernah dimiliki oleh Argentina di era akhir 90-an dan 2000-an.

Namun, kita patut memberikan sorotan terhadap striker jangkung Julio Cruz, yang sinarnya selalu tertutupi oleh tiga kompatriotnya tersebut.

Cruz mungkin tak terlalu tenar buat Tim Tango, tetapi di level klub ia punya kisah cinta dengan raksasa Serie A Inter Milan.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dia sampai mendapat julukan El Jardinero atau 'Si Tukang Kebun' karena ia tak terlihat mencolok, bahkan sering terlupakan, namun Cruz selalu menjaga performanya di level teratas selama enam tahun berseragam Nerazzurri.

Tetapi sebelum mencapai puncak kariernya bersama Inter, ia harus berjuang dari bawah, dan julukan 'Si Tukang Kebun' itu tampaknya memang kenyataan, dengan ia pernah bekerja sebagai pemotong rumput di area milik klub Argentina Banfield.

Ia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bermain di Banfield dan bertahan di sana selama tiga tahun. Posturnya yang tinggi dan kekuatan fisiknya yang sangat luar biasa menjadi modal utamanya sebagai seorang target man.

Bakatnya pun telah tersebar luas di Argentina, sampai akhirnya River Plate memutuskan untuk memboyongnya pada 1996.

Dan hanya satu tahun saja buat Cruz untuk menarik minat dari Eropa, dengan Feyenoord mengontraknya pada Januari 1998, di mana ia mencatatkan 51 gol dari 111 penampilan di semua kompetisi selama satu setengah musim di Belanda.

Julio Cruz FeyenoordGetty / Goal

Setelah namanya semakin mantap, Cruz memutuskan untuk terbang ke Italia, dengan Bologna menjadi tempat berlabuh berikutnya buat sang striker. Tiga musim di Bologna, pemain dengan tinggi 190 cm itu memang tak bisa mempersembahkan gelar, namun performa apiknya membuat Inter Milan tertarik mengontraknya.

Pada Agustus 2003 Cruz akhirnya resmi menjadi pemain Nerazzurri. Transfer tersebut cukup mendapat sorotan, mengingat Inter kala itu memiliki striker jempolan seperti Alvaro Recoba, Christian Vieri dan Adriano. Ada juga duo Afrika Obafemi Martins dan Mohammed Kallon yang berjuang mendapatkan tempat di 11 pertama.

Banyak orang-orang yang mengatakan bahwa Cruz akan disia-siakan di GIuseppe Meazza. Namun berkat kegigihannya ia mampu membuktikan bahwa ia layak disebut sebagai salah satu striker top kala itu.

Di musim debutnya, Cruz mencatatkan 35 penampilan di semua kompetisi dan ia hanya kalah dari Martins (37), dan itu termasuk 24 kali menjadi starter - hanya kalah dari Vieri (27).

Ia membela Inter selama enam musim, mengantongi 75 gol dari 197 pertandingan di semua kompetisi dan mempersembahkan sembilan gelar buat Nerazzurri.

Di level internasional, ia pertama kali mendapatkan panggilan di timnas Argentina pada tahun 1997 dan langsung masuk ke skuad Tim Tango untuk Copa America di tahun yang sama.

Julio Cruz Argentina 1998Getty / Goal

Meski moncer di level klub, ia sangat kesulitan untuk mendapatkan kesempatan saat bermain buat Albiceleste, kenapa? Jelas kita tahu bahwa ia terus berada di belakang Crespo, Batistuta, Diego Milito, Claudio Lopez hingga Javier Saviola.

Setelah itu, Argentina langsung memiliki beberapa bintang muda seperti Carlos Tevez, Sergio Aguero dan Lionel Messi - yang semakin membuat Cruz tersingkirkan di level internasional. Ia pun hanya mencatatkan 22 caps dan mencetak tiga gol saja.

Tetapi ada satu hal yang akan selalu diingat tentang Cruz bersama timnas Argentina. Insiden ia dipukul oleh orang tidak dikenal di awal kariernya bersama Tim Tango pada 2 April 1997 di Kualifikasi Piala Dunia 1998, ketika timnya kalah 2-1 dari Bolivia, tak akan bisa dilupakan olehnya.

Pertandingan kala itu berjalan dengan tensi tinggi yang menghasilkan kartu merah dan beberapa kali ketegangan terjadi di antara pemain. Tertinggal satu gol tentu saja membuat tim asuhan Daniel Pasarrella bermain dengan tempo yang cepat.

Cruz pergi untuk mengambil bola di pinggir lapangan, tetapi salah seorang dari staf Bolivia menariknya dan ia akhirnya dikepung oleh banyak orang, sampai akhirnya sebuah pukulan melayang mengenai mata kanannya. Ia harus di bawa ke ruang ganti dan kemudian ada gambar yang beredar bahwa ada darah yang mengucur dari wajah sang striker.

Ia pun akhirnya dicoret dari skuad Argentina untuk Piala Dunia 1998, dan ia harus menunggu delapan tahun lamanya untuk akhirnya bisa tampil di Piala Dunia.

Pemain yang kini berusia 47 tahun itu pensiun pada 2010 setelah satu musim bersama Lazio dan mempersembahkan satu trofi Supercoppa Italia.

Cruz bisa dibilang sebagai pemain yang memiliki karier luar biasa di klub, tetapi selalu menjadi pilihan kesekian di negaranya. Ya, selama 17 tahun karier profesionalnya, ia benar-benar adalah orang yang terlupakan di Argentina.

Iklan