VINNIE JONES HDGOAL

Kisah Vinnie Jones - Anggota 'Crazy Gang' Yang Jadi 'Geng' Beneran Di Layar Lebar

Pecinta sepakbola dan film modern mungkin tidak menyadarinya, namun mantan pemain keras era 80 dan 90-an Vinnie Jones adalah pesepakbola terkenal.

Mungkin, bagi yang mengetahuinya, Jones tidak lebih dikenal sebagai pemain kasar, gila, psikopat lapangan yang berlarian dengan celana pendek, menghantam dan menjatuhkan lawan dengan tekelnya yang berbahaya.

Namun, Jones adalah anggota penting dari 'Crazy Gang' yang terkenal di Wimbledon. Dia bermain tiga musim di sana dan dia mendominasi sejumlah berita utama 'Crazy Gang' kala itu.

Secara total, dia bermain dalam 520 pertandingn di sepanjang kariernya, mencatatkan 39 gol dan memenangkan satu Piala FA.

Sejak memutuskan untuk gantung sepatu pada 1999, Jones telah membintangi sejumlah film. Setelah dia membintangi film-film karya Guy Ritchie seperti Lock, Stock dan Two Smoking Barrels pada 1998, di mana dia memainkan peran sebagai preman. Bagi banyak penggemar sepakbola, mungkin tidak kaget karena perannya yang dia mainkan di film tidak jauh berbeda di lapangan selama hampir dua dekade.

Tetapi, karier Jones di lapangan tidak semulus kariernya di layar lebar. Dia memulai semuanya dari bawah. Bahkan, dia tidak seperti pemain modern sekarang yang mengawali kariernya di akademi sebuah klub.

Jones malahan tidak masuk ke akademi di tim divisi ketiga. Dia bermain di klub non-liga, Wealdstone, pada 1984, di mana dia baru berusia 19 tahun.

Di sanalah kemampuannya berkembang. Wealdstone mengontraknya setelah melihat Jones bermain untuk klub loka. Tapi, menariknya, mereka tidak melihat kemampuan olah bola Jones, melainkan postur tubuhnya yang cukup tinggi di anak seumurannya kala itu.

Pada 1986, dia hijrah ke Swedia, bermain untuk IFK Holmsund yang tampil di kasta ketiga. Meski tampaknya jauh dari pandangn tim-tim besar, nyatanya Wimbledon mengendus bakatnya dan memutuskan untuk membawanya kembali ke Inggris tiga tahun kemudian.

Di Wimbledon-lah nama Jones mulai melambung. Dia tampil sangat solid di lini tengah dan kerap kali memenangkan bola. Kepribadiannya yang keras menyatu sempurna dengan pasukan Wimbledon. Dia seolah-olah menjadi seorang pemain yang dikirim ke lapangan untuk mengintimidasi dan menghajar lawan.

Dan itu berhasil membantu Wimbledon mengalahkan Liverpool di salah satu final Piala FA paling terkenal pada tahun 1988. Wimbledon mengejutkan The Reds di hadapan hampir 100 ribu penggemar di Old Wembley Stadium. Wimbledon menang tipis 1-0.

'Crazy Gang' yang tangguh dengan pemain-pemain seperti Jones, John Fashanu, Dennis Wise dan Sanchez benar-benar membuat Liverpool tak berkutik, dan itu membuat Jones diboyong oleh Leeds United, di mana dia berhasil memenangkan Divisi Dua pada 1989.

Dia sempat berkarier di Sheffield United dan Chelsea dari 1990 sampai 1992, tapi dia tak mampu memantapkan posisinya sebagai pemain reguler sampai akhirnya dia kembali ke Wimbledon.

Periode keduanya di Wimbledon berlangsung selama enam tahun, dan kariernya berakhir sebagai pemain-pelatih di Queens Park Rangers pada 1998/99.

Tekel horor ala Jones

Meski kariernya berakhir dengan tidak mengesankan sama sekali, tapi jika bukan karena malang melintangnya dia di dunia perfilman, namanya mungkin sekarang sudah terlupakan.

Tetapi, ada satu hal lain yang tidak bisa dilupakan oleh pecinta sepakbola soal Jones; Ya itu adalah tekel horornya yang tak bisa dilewati lawan.

Memang, dia juga dikenal sebagai gelandang yang memiliki akurasi umpan luar biasa dan finishing yang apik, tapi tekel dan terjangannya kepada pemain lawan akan terus menempel di kepala banyak orang.

Februari 1988 mungkin jadi yang paling terkenal dari permainan kerasnya. Kala itu dia mencengkeram testis pemain Tottenham Paul Gascoigne.

Tapi, tekel kerasnya kepada Steve McMahon dari Liverpool di final Piala FA jelas tak bisa terlupakan begitu saja. Beberapa bulan kemudian, dia mengakhiri karier bek Tottenham Gary Stevens setelah tekel horornya menerjang kaki Stevens, membuat dia tidak pernah pulih sepenuhnya dari cedera lututnya dan pensiun beberapa tahun kemudian.

Lalu, ada lagi momen 'kekerasannya'. Pada periode keduanya di Wimbledon, tepatnya pada tahun 1994, dia menerjang bintang Manchester United Eric Cantona, dan sekali lagi, dia bukan bertujuang ke bola, tapi hanya ke kaki Cantona.

Jadi 'preman' di dunia film

Vinnie Jones

Setelah memutuskan untuk gantung sepatu, Jones sepertinya menemukan dunia baru untuk bisa melampiaskan amarahnya. Dia telah bermain lebih daru 70 film sampai saat ini dan sebagian besar peran yang dia mainkan adalah sebagai seorang 'preman' atau tokoh antagonis.

Gone in 60 Seconds, The Midnight Man, Loaded hingga Rush Hour 3 adalah beberapa film yang pernah dia bintangi.

Hampir 40 tahun sejak dia melakoni debutnya di usia 19 tahun untuk Wealdstone, sungguh luar biasa bagaimana karier sepakbola Vinnie Jones. Dia memutuskan untuk tidak menjadi pahlawan sepakbola, tapi menjadi anti-hero -- benar-benar seperti sebuah skenario film yang membutuhkan sosok antagonis untuk membuat drama yang megah...

Iklan