Lisandro Martinez Manchester United Butcher 2022-23Getty/GOAL composite

Mengapa Bintang Baru Manchester United Lisandro Martinez Dijuluki 'Tukang Jagal'?

Julukan ada di mana-mana dalam dunia olahraga dan di sepakbola pun demikian. Ronaldo Nazario dikenal sebagai 'O Fenomeno' atau 'Si Fenomenal', sedangkan di Argentina, Lionel Messi dijuluki 'La Pulga' atau 'Si Kutu'. Klub pun juga, punya julukan khas masing-masing.

Bek Manchester United Lisandro Martinez tiba di Old Trafford pada 2022 dengan julukan yang terdengar seram, dengan Setan Merah diyakini mendatangkan 'Tukang Jagal Amsterdam' ke Liga Primer Inggris.

Lantas, bagaimana asal usul dari julukan tersebut? GOAL mengulasnya untuk Anda.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Mengapa Lisandro Martinez dijuluki 'Tukang Jagal'?

Martinez dikenal sebagai 'The Butcher' - atau 'El Carnicero' dalam bahasa Latin atau bahasa Indonesianya 'Tukang Jagal' - karena gaya bertahannya yang agresif, keras dalam menjaga gawangnya dan juga cermat ketika melakukan tekel.

Julukan itu diberikan pada pemain internasional Argentina saat di Amsterdam oleh para penggemar Ajax, yang terkesan dengan postur fisiknya, meski pun tingginya cuma 175cm yang relatif pendek untuk seorang bek tengah.

"Ya, saya dijuluki Carnicero - Tukang Jagal Amsterdam. Kami orang Argentina melakukan segalanya dengan penuh semangat dan ketika saya masuk ke lapangan, saya berjuang untuk setiap bola. Jika saya harus melangkahi mayat untuk itu, saya akan melakukannya," kata Martinez seperti dikutip Daily Mirror jelang transfernya ke Manchester United.

"Saya ingin memenangkan setiap situasi 50-50 karena saya tahu bahwa saya berjuang untuk makanan untuk setiap anggota keluarga saya dan untuk teman-teman saya. Itulah perasaan yang saya miliki - dan setiap orang Argentina miliki. Ini adalah jenis motivasi yang tidak bisa saya jelaskan."

Tentu saja, tukang jagal adalah orang yang memotong daging sebagai profesinya, sehingga julukan itu terkesan seram, dengan bayangan akan ada tekel-tekel brutal.

Namun, Martinez menegaskan bahwa dirinya bukanlah pemain yang kotor, yang hanya bermaksud untuk melukai lawan.

"Saya bukan orang yang suka melakukan tekel kasar, tapi saya mengejar setiap bola seolah-olah itu adalah yang terakhir untuk saya," ujarnya. Jadi, apakah julukan itu memang tidak seseram permainannya? Mengingat Martinez hanya mendapatkan empat kartu kuning di Eredivisie bersama Ajax di musim terakhirnya, mungkin memang tidak seseram kedengarannya.

Gaya agresif Martinez saat bertahan, bersama dengan asal negara dan sesama lulusan Newell, telah membuatnya dibandingkan dengan Gabriel Heinze, yang dikenal dengan gaya permainan tanpa kompromi. Mantan bek tengah Ajax itu kemudian mengungkapkan bahwa Heinze adalah "idola" baginya saat tumbuh dewasa.

Adakah 'Tukang Jagal' lainnya di sepakbola?

Pesepakbola paling terkenal dengan julukan 'Tukang Jagal' mungkin adalah mantan bek Athletic Bilbao dan Atletico Madrid, Andoni Goikoetxea, yang dikenal sebagai 'Tukang Jagal dari Bilbao'.

'Goiko' mendapatkan julukan itu pada 1983 setelah tekel kasanya pada Diego Maradona, yang saat itu bermain untuk Barcelona. Bek tengah Basque itu menekel legenda Argentina itu dari belakang, menyebabkan pergelangan kaki Maradona patah.

Wartawan Inggris Edward Owen, yang meliput pertandingan tersebut, dikatakan yang menciptakan julukan tersebut, namun reputasi Goikoetxea sebagai seorang bek tanpa kompromi sudah ada jauh sebelum itu karena sebelumnya pernah memancing kemarahan ketika ia melukai pemain Barcelona, Bernd Schuster dua musim sebelumnya.

Sementara secara harfiah dan sesuai julukannya, Terry Butcher adalah bek yang menakutkan bagi Inggris dan Ipswich Town, yang terkenal karena keberaniannya. Namanya saja Butcher yang berarti 'Tukang Jagal' dan citranya semakin menguat karena pernah terus bermain dengan perban berlumuran darah di kepalanya dalam pertandingan 1989 melawan Swedia.

Menariknya, bek Athletic Bilbao lainnya diberi julukan 'Tukang Jagal La Liga', namun tidak mau dipanggil seperti itu.

Carlos Gurpegi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Marca pada 2010: "Saya tahu bahwa saya adalah pemain yang kuat saat menantang bola, namun tampaknya saya adalah salah satu tukang jagal di divisi satu, ketika saya hanya melakukan enam pelanggaran dalam lima pertandingan. Itu [julukan Tukang Jagal] tidak terdengar seperti saya, saya sangat tenang."

Iklan