Bayern 10Getty Images

Mengapa Perayaan Juara Identik Dengan Sampanye Atau Bir?

Ada pemandangan menarik tiap kali individu atau tim memenangkan suatu trofi sebagaimana mereka biasanya merayakan keberhasilan itu dengan sampanye dan juga bir.

Namun sejak kapan tradisi itu dilakukan? Goal coba membahasnya di sini!

Mengapa Juara Identik Dengan Sampanye Atau Bir?

Artikel dilanjutkan di bawah ini
Liverpool celebrating Carabao Cup 2021-22Getty Images

Menurut Koleen M. Guy dikutip dari Live Science, sampanye secara historis dikaitkan dengan kemewahan dan pesta oleh bangsawan Eropa.

"Setelah Revolusi Prancis, itu menjadi bagian dari ritual sekuler yang menggantikan ritual keagamaan sebelumnya," ujarnya.

"Anda bisa 'membaptis kapal' tanpa pendeta, misalnya, dengan menggunakan 'air suci' sampanye. Minuman itu datang untuk dibuka di pesta pernikahan, pembaptisan dan acara keagamaan lainnya,” katanya.

Sampanye menjadi fenomena di seluruh dunia pada akhir abad ke-19, menurut Guy. Sekarang ini, itu sering digunakan untuk memperingati acara-acara yang menyenangkan, termasuk perayaan juara klub sepakbola.

"Dalam masyarakat sekuler, kita ingin menandai kegembiraan dan kesucian acara tersebut," lanjut Guy. "Sampanye melakukan itu secara simbolis, tetapi juga secara visual, karena bentuknya yang meluap dalam kelimpahan dan kegembiraan."

Dihindari Pemain Muslim

Meski identik dengan perayaan, hal itu adalah sebuah Big No No oleh pemain yang menganut agama Islam.

Mantan bintang Liverpool Sadio Mane bahkan meminta Takumi Minamino untuk tidak menyemprotkan sampanye di dekatnya ketika merayakan keberhasilan menjuarai Piala Liga 2021/22.

Minamino menuruti permintaan Mane tersebut dan meletakkan botol minuman beralkohol itu di dekat kakinya.

Selain Mane, Franck Ribery sempat berusaha menghindar dari guyuran bir ketika Bayern memenangkan trofi, tapi usahanya sia-sia karena ia tetap kena.

 

Iklan