Omar Abdulrahman GFXGOAL

Omar Abdulrahman: Pemain Asia Terbaik Yang Tak Pernah Merumput Di Eropa

Spot-spot terakhir Piala Dunia 2022 akan diperebutkan bulan ini, dan semua mata tertuju pada langkah heroik Ukraina berangkat ke Qatar (meski gagal), usaha Australia berjuang lewat play-off, dan kemungkinan fans Peru meramaikan kontes dunia ini untuk kedua kalinya secara berturut-turut.

Uni Emirat Arab bak anak tiri.

Tapi sebenarnya itu tidak terlalu mengangetkan. Toh perjalanan mereka di kualifikasi memang kurang mengundang perhatian – torehan 12 poin dari 10 laga di ronde ketika kualifikasi kontingen Asia membawa mereka finis ketiga di grup dan berhak mendapatkan satu tempat di play-off.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Mereka juga tak berstatus negara langganan Piala Dunia, karena baru pernah lolos sekali, pada 1990, jadi tak banyak pandit yang memprediksi mereka bakal merebut tempat terakhir di Grup D bareng Prancis, Denmark, dan Tunisia.

Namun, kalau UEA bermimpi menciptakan kejutan dan mengalahkan Australia dan Peru untuk mendapatkan tempat di Qatar, mimpi tersebut bakal diemban oleh pria yang sering disebut pemain Asia terbaik yang tak pernah merumput di sepakbola Eropa – Omar Abdulrahman.

Abdulrahman adalah cahaya harapan sepakbola UEA selama satu dekade terakhir. Dia adalah salah satu talenta sepakbola Asia paling menjanjikan, yang bahkan dapat kesempatan melakoni trial di Manchester City. Di sini, di GOAL, kami mendapuknya masuk ke dalam daftar 50 pemain terbaik dunia untuk musim 2012/13.

Namun, Pemain Terbaik AFC 2016 itu kini sudah 30 tahun, kariernya dihambat cedera dan kurangnya eksposur di luar Timur Tengah.

Kalau Abdulrahman mau menjadi bintang sesuai harapan insan sepakbola Uni Emirat Arab, mungkin inilah kesempatan terakhirnya.

Omar Abdulrahman GFXGetty/GOAL

Transfer-transfer gagal dan harapan palsu seolah menjadi tema karier Abdulrahman.

Sesosok No. 10 yang lincah dan berani, dengan gaya bermain yang santai tetapi punya umpan pembunuh, Abdulrahman mendapatkan status Cult Hero bagi pecinta sepakbola.

Namun, dia juga dikenal dengan gaya rambutnya yang unik – sepanjang kariernya, dia selalu memamerkan rambut afro yang bahkan bakal bikin Carlos Valderrama atau Marouane Fellaini berdecak kagum.

Di Al-Ain, klub masa kecilnya di mana dia berbakti selama satu dekade sampai 2018, dia mencetak 44 gol dan menyumbang 88 assist dalam 175 penampilan, dan menjuara dua gelar liga.

Beberapa klub Eropa berusaha memboyongnya, dengan Man City yang paling nyaris pada 2012 setelah dia tampil menawan di Olimpiade Musim Panas di London.

Sebenarnya dia mendapatkan rapor bagus saat trial di Manchester, tetapi permasalahan izin kerja – saat itu dia baru tampil kurang dari 10 kali buat timnas senior negara yang memiliki peringkat FIFA di bawah 50 – berarti mustahil merekrutnya.

Sejak saat itu, kemungkinan transfer datang silih berganti. Arsenal sempat tertarik, Nice mengajukan tawaran peminjaman, dan tawaran dari Benfica, tetapi pada akhirnya mimpi bermain di Eropa tak pernah menjadi nyata.

Memang, selain lima laga peminjaman di Al-Hilal di Arab Saudi – di mana dia mengalami sobek di ligamen lututnya – Abdulrahman menghabiskan seluruh karier klubnya di UEA.

Omar Abdulrahman AFC trophy GFXGetty/GOAL

Selain masa baktinya bersama Al-Ain, dia juga sempat mencicipi bermain untuk Al Jazira meski dihantam cedera, sementara sekarang dia bersama Shabab Al-Ahli, setelah didatangkan sebagai free agent Februari tahun ini.

Keputusan Abdulrahman untuk berkarier di situ-situ saja sebagian bisa dikarenakan oleh kecilnya status UEA di mata sepakbola dunia, tetapi sebagian lainnya karena statusnya sebagai seorang pesohor di tanah airnya.

Contohnya, setelah dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen Piala Negara Teluk 2013, dia dihadiahi mobil Bugatti Veyron.

Dia juga merupakan wajah Nike dan Pro Evolution Soccer (PES, kini eFootball) di negaranya, dan digaji jauh lebih tinggi dari apa yang bisa dia impikan di klub medioker Eropa.

Sepanjang usia pertengahan 20-an, Abdulrahman enggan meninggalkan dunia di mana dia menjadi protagonisnya, dan para petinggi sepakbola UEA senang-senang saja anak emas mereka berada dekat di kampung halaman.

Namun dia sudah tidak lagi untouchable. Dia gagal melesakkan dua penalti di final Piala Negara Teluk 2017 sebelum mengalami cedera lutut serius tak lama setelahnya, memicu persoalan-persoalan kebugaran kecil-kecilan tetapi sering mengganggunya sampai sekarang. Dia bahkan belum bermain buat timnas Uni Emirat Arab sejak November 2019.

Di hari terakhir jendela transfer Januari 2021, Abdulrahman dilepas oleh Al-Jazira setelah melewatkan semusim penuh lantaran cedera. Gosip bakal dibeli klub raksasa Eropa pun sirna seketika.

Harapan bahwa dia bakal menjadi perintis buat bangsa-bangsa Arab, negara-negara Asia Barat, untuk mendobrak batasan dan bergabung ke klub-klub terbesar di benua tetangga sudah musnah.

Omar Abdulrahman UAE 2022 World Cup play-off GFXGetty/GOAL

Namun dia punya satu kesempatan (mungkin) terakhir untuk kejayaan di panggung global, dan kesempatan itu hadir besok Rabu (8/6) dini hari WIB. Abdulrahman termasuk ke dalam skuad Uni Emirat Arab untuk laga play-off versus Australia (pemenangnya bakal menghadapi Peru pada 14 Juni dini hari WIB), dan nampaknya berhasil membangkitkan performanya di saat yang super tepat.

Setelah bergabung Shabab Al Ahli Februari lalu dalam kontrak enam bulan, dia tampi memukau di fase grup Liga Champions Asia baru-baru ini, mengkreasi dua assist dan memainkan peran kunci dalam dua gol tambahan saat klub Dubai tersebut menang 8-2 atas klub Qatar Al Gharafa.

Setelahnya, dia menjawab Abu Dhabi Sports ketika ditanya apakah akan tampil buat UEA di play-off Piala Dunia: "Tak ada keraguan, bahkan kalau saya tidak siap sekalipun, 50 persen siap artinya Anda sudah siap."

"Namun, saya 100 persen siap karena inilah impian semua orang, inilah impian UEA."

"Saya berharap semua orang berdiri bersama, bukan cuma pemain, staf teknis, dan tim administrasi, tapi juga media, fans, dan semua orang – karena dua laga tersisa bisa membawa kita ke putaran final Piala Dunia."

"Tentu, play-off pertama melawan Australia bakal sulit, itu pasti. Tetapi dengan solidaritas, kita akan mampu membuat fans UEA bahagia."

Mengirim Uni Emirat Arab ke Piala Dunia pertama sejak 32 tahun – ke Piala Dunia pertama yang digelar di Timur Tengah – akan menebus segala harapan-harapan yang sirna di tangan Abdulrahman.

Simak kisah-kisah Cult Hero GOAL lainnya di sini.

Iklan