NiasseGetty Images

Kiprah Oumar Niasse: Dari Everton Nyasar Ke Klub Antah Berantah Inggris, Kok Bisa?

Sepakbola itu dinamis. Anda bisa menjadi pemain Liga Primer Inggris dalam semenit, dan beberapa musim kemudian Anda bisa saja berada di klub antah berantah, misalnya di kompetisi semi-profesional di Inggris bernama North West Counties Football League Division One South.

Itu adalah nasib yang dialami Oumar Niasse, dengan mantan striker Everton itu dikabarkan sekarang berlatih bersama klub divisi sepuluh Inggris, West Didsbury & Chorlton untuk menjaga kebugarannya sebagai pemain yang tanpa klub dan sudah tidak bermain di pertandingan kompetitif sejak Januari 2020.

Pertandingan profesional terakhirnya, sebagai pemain pengganti selama dua menit dalam hasil imbang 2-2 antara The Toffes dan tuan rumah Newcastle United di Liga Primer, terjadi empat tahun lalu setelah ia pertama kali tiba di Inggris.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Niasse bergabung dengan Everton seharga £13,5 juta pada tenggat bursa transfer musim dingin 2016, setelah menikmati musim bagus bersama raksasa Rusia, Lokomotiv Moskwa.

Ia memulai kariernya bersama tim lokal Senegal, Ouakam dan tampil memukai dengan membawa timnya melesat dari divisi dua hingga menjadi juara liga tertinggi dalam waktu tiga musim, mencetak 102 gol dalam 154 pertandingan.

Niasse kemudian pindah ke Eropa dan, meski pun, tidak pernah menjadi pencetak gol yang produktif atau konsisten, ia tampil mengesankan di Rusia pada akhir 2015 yang membuka jalan baginya untuk pindah ke Everton dan menyandang status sebagai pembelian termahal ketiga klub Merseyside tersebut.

Label mewah, meski bukan dirinya yang memintanya, berarti membuatnya langsung mendapat tekanan besar agar bisa membuktikan Everton tak rugi membelinya dengan harga mahal.

Namun, mungkin tidak mengejutkan bagi seorang pemain yang pindah ke Liga Primer di pertengahan musim, ia kewalahan beradaptasi dengan cepatnya sepakbola Inggris dan tidak begitu banyak mendapat kesempatan bermain.

Oumar Niasse EvertonGetty Images

Ia juga tiba di saat ada pergolakan manajerial dan kebijakan transfer yang tidak terlalu baik di Goodison Park - ia didatangkan oleh Roberto Martinez, yang dipecat pada musim panas dan digantikan oleh Ronald Koeman.

Setelah menyaksikan Niasse melakukan blunder saat tampil di babak kedua dalam pertandingan persahabatan pramusim pertamanya sebagai pelatih, termasuk ada kans yang membentur tiang, Koeman mencoret nomor punggung pemain Senegal itu, tidak memberinya loker di tempat latihan, dan secara terbuka menyatakan bahwa sang penyerang harus menemukan klub baru.

Itu adalah pengalaman yang menyesakkan bagi Niasse, yang mungkin tidak bisa berkata apa-apa lagi atas perlakuan buruk dan perubahan nasib yang begitu cepat dialaminya di Goodison Park.

Katanya kepada The Guardian pada Oktober 2016: "Ini menyedihkan, sangat menyedihkan. Sejujurnya, saya pikir saya tidak pantas mendapatkan ini, tetapi apa yang bisa saya lakukan adalah tetap menegakkan kepala dan berjuang mengubah banyak hal. Saya tidak akan membuat drama tentang ini. Saya harus menghadapinya. Saya tahu tidak akan selamanya begini."

Niasse juga menyatakan ingin bertahan di liga Inggris, sekali pun tidak bersama Everton. Keinginannya terkabul pad Januari tahun itu, ketika dipinjamkan ke Hull City, mencetak empat gol di paruh kedua musim 2016/17 yang membuktikan dirinya punya kualitas bersaing di Inggris meski pun The Tiggers terdegradasi.

Musim berikutnya adalah yang terbaik baginya di Liga Primer, ketika Everton dilanda inkonsistensi setelah menghambur-hamburkan uang pada musim panas untuk membeli Davy Klaassen, Sandro, Wayne Rooney dan banyak lagi, Niasse membuktikan dirinya sebagai pencetak gol krusial, termasuk golnya saat kemenangan comeback atas Bournemouth dan Watford.

Dengan sembilan gol dalam 25 pertandingan pada 2017/18 - terbanyak kedua musim itu setelah Rooney - ia tampak siap untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi.

Ia tentu saja mulai mencuri perhatian pendukung Everton berkat kerja keras dan sikapnya, namun statistiknya selama di Liga Primer, yang mencakup akurasi tembakan 40 persen dan rasio 0,18 gol per pertandingan menggambarkan masalahnya, dan itu merupakan angka yang buruk untuk seorang penyerang.

Pergantian pelatih di Merseyside pun tidak mampu membantunya. Selain Martinez dan Koeman, Niasse juga bermain di bawah asuhan Sam Allardyce dan Marco Silva selama empat tahun di Everton.

Silva juga tidak terlalu memperhitungkan Niasse sama seperti Koeman, mencoretnya dari tim utama, dan memang performa sang striker sangat buruk.

Ia gagal mencetak gol dalam 22 pertandingan Liga Primer di dua musim dari 2018 hingga 2020, termasuk ketika menjalani masa pinjaman di Cardiff City. Pada musim 2019/20, tahun terakhirnya bersama Everton, ia cuma bermain selama 19 menit semusim.

Meski pun performanya naik turun, yang tidah pernah hilang dari Niasse adalah kebanggaannya dalam bermain sepakbola. Atau, memang, hubungan baiknya dengan lingkungan setempat.

Dalam pernyataan panjang yang diposting di Instagram setelah meninggalkan Everton, Niasse menulis: "Meski pun kesulitan saya menjadi cerita umum, dan secara pribadi bersifat menantang, saya pergi dengan rekor mencetak satu gol dalam setiap tiga pertandingan yang sama mainkan untuk klub dan saya akan selalu mendorong setiap pemain muda kulit hitam untuk datang ke Inggris dan tampil di level tertinggi, apa pun kesulitannya, apa pun tantangannya."

"Saya telah memutuskan untuk menyumbangkan sebagian dari gaji minggu terakhir saya kepada Jaringan Komunitas St Andrew yang mengoperasikan Bank Makanan Liverpool Utara. Mereka melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam keadaan yang sangat menantang dan mereka adalah pengingat bahwa bersama-sama kita semua dapat berkontribusi dan memainkan peran peran aktif dan positif dalam masyarakat."

Ia dilepas oleh Everton pada musim panas 2020, dan berstatus tanpa klub sampai akhirnya menandatangani kontrak dengan klub Championship, Huddersfield Town pada Maret 2021.

Niasse tiba dengan sambutan meriah, manajer Carlos Corberan mengatakan kepada laman resmi klub: "Oumar telah bermain di level tertinggi sepakbola Inggris selama lebih dari tiga tahun, yang berarti ia memiliki semua kemampuan yang diperlukan untuk bermain di Championship. Ia adalah striker dinamis yang bekerja sangat keras, untuk menekan lawan dan mencari ruang."

Hanya saja, cedera menghampirinya saat berlatih bersama Huddersfield hingga membuatnya sama sekali tak bermain untuk Terriers sebelum akhirnya dilepas lagi, dan sampai artikel ini diterbitkan, ia masih belum memiliki klub baru.

Jadi, Niasse tiba-tiba menghilang dari dunia sepakbola profesional dan berlatih dengan para pemain amatir setelah mengalami gabungan nasib buruk, promosi berlebihan dan salah membuat keputusan. Sepakbola memang benar-benar dinamis.

Iklan