Toto Schillaci 1920x1080GOAL

'Jangan Bangunkan Saya Dari Mimpi Ini!' - Kisah Heroik Salvatore Schillaci Bersama Italia

Jerman Barat menjuarai Piala Dunia 1990. Tapi turnamen itu milik Salvator Schillaci.

"Saya merasa seperti sedang tidur," katanya kepada wartawan setelah membuka skor dalam kemenangan 16 besar Italia atas Uruguay. "Jadi, jangan bangunkan saya! Biarkan saya menikmati mimpi ini!"

Ketidakpercayaan Schillaci bisa dimengerti. Ia adalah seorang pemuda dari lingkungan miskin di Palermo yang telah menghabiskan sebagian besar kariernya bermain di kasta bawah Italia bersama Messina.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Ia baru tampil pertama kali di Serie A pada Agustus sebelumnya, dan debut internasionalnya hanya tiga bulan sebelum Piala Dunia dimulai.

Menembus skuad saja sudah menjadi prestasi tersendiri. Ia blak-blakan mengakui bahwa dirinya sudah senang bukan main untuk sekadar bisa duduk di bangku cadangan sepanjang turnamen.

Bagaimana pun, Schillaci bisa dibilang penyerang pilihan keenam Italia, di belakang Gianluca Vialli, Andrea Carnevale, Aldo Serena, Roberto Mancini dan Roberto Baggio.

Namun, ia sebenarnya berada dalam performa terbaiknya, setelah mencetak 21 gol di semua kompetisi selama musim pertamanya di Juventus, setelah melalui musim panas sebelumnya begitu produktif bersama Messina di bawah Zdenek Zeman.

Hanya Marco van Basten (19), Baggio (17) dan Diego Maradona (16) yang mencetak gol lebih banyak dari Schillaci (15) di Serie A pada 1989/90.

Namun, seperti yang kemudian diakui Schillaci sendiri, "bahkan orang gila pun tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada saya."

Toto Schillaci Italy 1990 World Cup GFXGetty/GOAL

"Ada masa-masa dalam kehidupan seorang pemain sepakbola ketika Anda bisa melakukan apa saja," tambah Schillaci. "Bagi saya, keadaan yang anggun ini bertepatan dengan Piala Dunia. Seseorang di atas sana memutuskan bahwa saya harus menjadi pahlawan Italia 90."

Sangat mudah untuk memahami mengapa Schillaci masih merasa bahwa mungkin ada unsur campur tangan ilahi dalam kebangkitannya yang ajaib menjadi bintang, tetapi Azeglio Vicini bisa dibilang memainkan peran yang lebih besar.

Pelatih Italia itu membuat kejutan ketika ia memasukkan nama Schillaci ke dalam skuad Piala Dunianya, setelah baru sekali tampil di panggung internasional sebelumnya, dalam pertandingan persahabatan dengan Swiss, tetapi keputusannya untuk menurunkannya dari bangku cadangan di pertandingan pembuka Azzurri, melawan Austria, mengejutkan banyak orang.

Namun, dengan tuan rumah berjuang untuk membongkar pertahanan lawan, Vicini yang putus asa memutuskan untuk mengganti Carnevale dengan Schillaci ketimbang Baggio.

Schillaci hanya punya waktu 15 menit untuk memberi dampak, yang mengejutkan ia cuma butuh tiga menit untuk mewujudkannya! Mencetak gol sundulan usai menerima umpan silang indah dari Vialli.

"Semuanya menjadi gila," Schillacci mengakuinya kepada FourFourTwo beberapa waktu lalu.

Meski menjadi penentu kemenangan, ia kembali menjadi cadangan dalam pertandingan selanjutnya bagi Italia, kemenangan 1-0 atas AS, namun ia kembali menggantikan Carnevale yang kesulitan, kali ini hanya enam menit setelah babak pertama.

Jelas bahwa Schillaci sudah dekat dengan kesempatannya untuk menjadi starter dan itu datang di pertandingan ketiga, lawan Cekoslowakia.

Toto Schillaci Italy Czechoslovakia 1990 World Cup GFXGetty/GOAL

Ia mencetak gol saat laga baru berjalan sembilan menit, dan tak mengendur sesudah itu. Ia penuh dengan keyakinan, seperti yang digambarkan dengan sempurna oleh serangan keras yang memecah kebuntuan melawan Uruguay.

Gol kemenangannya saat lawan Republik Irlandia, sementara itu, menggarisbawahi bahwa segala sesuatu tampaknya akan gagal, dengan Schillaci melewatkan dua peluang terbika setelah Pat Bonner gagal menghalau tembakan Roberto Donadoni dengan baik.

Jika ada orang yang berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, itu adalah Schillaci di Italia 90. Memang, ia ada di waktu yang tepat lagi untuk membawa Italia unggul di semi-final.

Dan tampaknya rebound jarak dekat Schillaci sudah cukup untuk mengalahkan tim Argentina yang sangat pragmatis, mengingat Azzurri belum kebobolan satu gol pun di turnamen.

Tapi Claudio Caniggia menyamakan kedudukan dari sepak pojok – Walter Zenga kemudian yang paling patah hati karena gagal menghalau umpan silang – dan Albiceleste menang dalam adu penalti.

Schillaci sangat terpukul, setelah menghabiskan dua jam di ruang ganti menangis dan merokok.

Ia pada akhirnya memenangkan Sepatu Emas, berkat gol penalti dalam kekalahan play-off tempat ketiga dari Inggris, dan Bola Emas.

Tapi orang Sisilia itu mengakui bahwa ia akan dengan senang hati melepaskan kedua penghargaan bergengsi itu untuk mengangkat Piala Dunia bersama rekan satu timnya.

Sedihnya bagi Schillaci, ia tidak pernah lagi merasakan kesuksesan seperti itu di dunia sepakbola.

Memang, ia mencetak satu gol lagi untuk Italia, namun kariernya di klub memburuk setelah gagal melanjutkan performa menjanjikan dalam musim debutnya di Juve dan akhirnya dijual ke Inter Milan, di mana ia bernasib lebih buruk, dengan cedera dan masalah pribadi menjadi penyebabnya.

Toto Schillaci Italy USA 1990 World Cup GFXGetty/GOAL

Schillaci sendiri mengakui bahwa ia kesulitan menangani ketenarannya selepas aksi heroik di Piala Dunia 90, dan kepindahan di akhir kariernya ke Jepang adalah usahanya untuk menghindari hingar bingar media.

"Pada titik tertentu dalam hidup saya, saya mematikan lampu sorot olahraga," jelasnya kepada Gioco Pulito. "Saya menutup diri dan tidak mau berbuat apa-apa lagi karena pada dasarnya saya memiliki karakter yang sangat pemalu."

"Kemudian, suatu hari, saya melihat ke cermin dan menyadari bahwa seseorang seperti saya, yang telah melakukan sesuatu dalam hidup, yang juga telah menulis sedikit sejarah sepakbola, seharusnya tidak menutup diri."

Jadi, Schillaci mulai membiasakan hidupnya sebagai selebriti, sering tampil di televisi, serta menulis otobiografi di mana ia berbicara tentang teritorialisme yang ia alami pada saat-saat terendahnya setelah Piala Dunia.

Ia juga mendirikan sebuah pusat olahraga di Palermo daerah asalnya yang diharapkannya akan memungkinkan orang-orang Sisilia lainnya untuk mengikuti jejaknya.

Memang, ketika Schillaci mengenang kembali karier sepakbolanya, tidak ada penyesalan yang getir, hanya rasa syukur karena cukup beruntung untuk mewujudkan mimpinya.

"Bahkan ketika saya pergi ke luar negeri," ungkapnya, "berkat Piala Dunia, orang-orang tahu siapa saya."

Toto Schillaci, pahlawan Italia 90.

Iklan