Stadion Kapten I Wayan Dipta - Bali UnitedEric Noveanto

Sport Tourism, Senjata Rahasia Bali Dalam Industri Sepakbola & Bangkit Dari Krisis Pascapandemi

Olahraga dan pariwisata adalah dua hal yang berbeda, tapi bukan tidak mungkin keduanya saling bersinergi membentuk satu kesatuan yang berpotensi mendulang keuntungan.

Sport tourism, atau wisata olahraga, adalah istilah yang banyak dilontarkan di beberapa negara belakangan ini. Secara harfiah, sport tourism adalah berwisata sambil menghadiri sebuah acara olahraga tertentu.

Secara umum, acara olahraga harus menjadi alasan utama untuk melakukan perjalanan wisata bagi seseorang dan sport tourism belakangan ini menjadi sektor dengan pertumbuhan tercepat di pasar pariwisata.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dengan semakin banyaknya orang yang bersedia melakukan perjalanan untuk menghadiri sebuah acara olahraga di era modern ini, potensi besar dari sport tourism mulai digali oleh banyak industri olahraga, tak terkecuali sepakbola.

Piala Dunia 2018, agenda besar sepakbola sebelum pandemi COVID-19, adalah salah satu contoh di mana sport tourism mendapat perhatian khusus karena suksesnya penyelenggaraan turnamen.

2018 World Cup RussiaGetty Images

Jelas, partisipasi semua insan dalam sepakbola, entah sebagai pemain atau penonton, memainkan peran utama dalam kohesi sosial dan global, secara tak langsung menarik minat investor dan sponsor.

Sepakbola seolah-olah menciptakan dunianya sendiri, dengan masifnya perputaran uang yang ada di dalamnya, tentu lebih dari cukup untuk menggerakan roda industri bola kulit bundar di Rusia, setidaknya selama Piala Dunia berlangsung dan mungkin juga efek pascaturnamen berakhir masih terasa hingga sekarang ini, nama Rusia menjadi terkenal dan banyak turis yang makin tertarik mengunjungi negara tersebut.

Di Indonesia, kita punya Bali, yang sudah tersohor namanya di mancanegara. Jutaan turis berkunjung ke Pulau Dewata setiap tahun, yang sayang angka tersebut menurun drastis sejak pandemi. Meski begitu, jelas hal tersebut merupakan sebuah potensi besar untuk bisa menghidupkan industri sport tourism di Bali.

Modalnya sudah ada, kendati belum sempurna. Bali United, dengan pengelolaan klub yang profesional, menjadi pioneer-nya. Bagaimana mereka menjalankan aktivitas klub, mulai dari pembentukan skuad yang baik, pembinaan usia muda, manajemen stadion, penjualan merchandise hingga interaksi dengan basis suporter adalah indikasi sport tourism bisa terlaksana.

Yang kurang adalah infrastruktur yang memadai, seperti stadion untuk menggelar pertandingan bertaraf internasional. Satu-satunya yang jadi andalan Bali untuk itu adalah Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar yang merupakan markas Bali United, stadion milik pemerintah yang pengelolaannya diberikan kepada klub.

Stadion Kapten I Wayan Dipta yang juga akan menjadi salah satu venue untuk gelara Piala Dunia U-20 pada 2023 mendatang. Untuk itu, peningkatan kualitas stadion sudah dilakukan, salah satunya instalasi rumput berstandar FIFA dan juga renovasi tribune serta berbagai aspek pendukung lainnya.

Hajatan seri keempat Liga 1 musim 2021/22 sudah cukup menjadi showcase bahwa Bali siap untuk menggerakkan industri sport tourism. Hanya saja, selain Stadion Kapten I Wayan Dipta, dua venue lainnya seperti Gelora Ngurah Rai dan Stadion Kompyang Sujana yang ada di Denpasar hanya cukup untuk standar nasional, bukan internasional karena tidak punya fasilitas yang memadai selain lapangan yang berstandar FIFA.

Gubernur Bali Wayan Koster bersama Gede WidiadeIstimewat

Di sinilah peran pemerintah, khususnya pemerintah provinsi Bali dan beberapa kabupaten di sana harus bergerak untuk memberikan dukungan agar industri sport tourism bisa bergerak sesuai harapan. Entah itu membangun stadion baru bertaraf internasional atau memberikan kemudahan akses bagi pihak-pihak swasta untuk mengembangkannya mungkin bisa menjadi solusi bersama.

Karena cukup disayangkan, selain modal dari aspek olahraga di atas, dengan sudah termahsyurnya nama Bali di dunia pariwisata internasional dengan banyaknya hotel-hotel bintang lima yang bertaburan sebenarnya sudah cukup menjadi daya tarik tak cuma bagi klub-klub sepakbola lokal tapi juga internasional untuk mengadakan kamp latihan pramusim atau bahkan menggelar turnamen ekshibisi.

Jika ada kemauan dari semua pihak untuk bersinergi, mulai dari pemerintah hingga semua insan industri sepakbola, bukan mustahil Bali akan menjadi ikon sport tourism, tidak hanya di Indonesia saja tapi dunia.

Hal tersebut tentu akan berdampak baik bagi perekonomian Bali, yang mayoritas menggantungkan diri pada sektor pariwisata dan kini sedang terpuruk akibat hantaman badai pandemi COVID-19 dan sport tourism, khususnya industri sepakbola bisa menjadi senjata rahasia mereka untuk bangkit memulihkan situasi dan juga melejit ke depannya.

Iklan