Vincent Janssen Tottenham 2019Getty/GOAL

Vincent Janssen: Pemecah Rekor Ronaldo Yang Gagal Total Di Tottenham Hotspur

Melirik daftar skuad di PIala Dunia Antarklub, setiap pengikut sepakbola Inggris harus melihat lebih detail pada juara Liga Champions CONCACAF dan wakil dari Amerika Utara, CF Monterrey.

Di sana, terdapat para pemain asal Meksiko dan Amerika Selatan, namun ada satu-satunya pemain asal Belanda, yakni Vincent Janssen, mantan striker Tottenham Hotspur.

Janssen menjadi pemain pengganti di babak kedua saat Monterrey kalah 1-0 di perempat-final Piala Dunia Antarklub di tangan juara Afrika Al Ahly, dengan ia tak mampu mencetak gol dalam penampilannya selama 33 menit untuk menyelamtakan tim Liga MX tersebut.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dalam hampir tiga tahun sejak meninggalkan Spurs, Janssen gagal menemukan sentuhan terbaiknya di Meksiko.

Meskipun ia tidak terlalu menderita seperti saat masih tampil di Liga Primer, 13 gol dalam 64 laga bukanlah catatan yang diharapkan para penggemar Monterrey dari seorang pemain yang pernah dianggap sebagai salah satu penyerang muda top Eropa.

Bahkan ia tidak mampu mendekati Andre-Pierre Gignac di Meksiko.

Ini memalukan karena cerita Janssen dimulai dengan sangat menjanjikan di Belanda.

Setelah dilepas oleh Feyenoord saat remaja, ia bangkit kembali di Eerste Divisie - divisi dua Belanda - di Almere City, golnya membuat ia akhirnya dikontrak oleh AZ Alkmaar, di mana pada musim 2015/16 namanya meledak ke seluruh Eropa.

Setelah gagal mencetak gol dalam delapan pertandingan pertamanya bersama AZ, Janssen akhirnya mencetak gol, mengantongi 20 gol di paruh kedua musim Eredivisie - pemain pertama yang melakukannya dalam 52 tahun terakhir - untuk finis sebagai pencetak gol terbanyak dengan 27 gol dari 34 laga.

Vincent Janssen AZ GFXGetty/GOAL

Sebagai pemain termuda yang mencetak lebih dari 25 gol liga dalam satu musim sejak Ronaldo Nazario pada 1994/95 untuk PSV Eindhoven, tidak mengherankan ia mendapatkan Johan Cruyff Award sebagai Young Talent of the Year, mengikuti jejak Wesley Sneijder dan Christian Eriksen.

Spurs, mencari sosok untuk menjadi saingan Harry Kane, datang pada musim panas 2016 dan setuju keduanya setuju dengan harga £17 juta ($ 23 juta), membuatnya menjadi penjualan terbesar dalam sejarah AZ.

Namun, tidak semua orang tertarik dengan transfer tersebut.

Danny Blind tidak meragukan potensi Janssen. Bagaimanapun, mantan pelatih timnas Belanda itulah yang memberikan debut internasional bagi sang striker.

Namun, Blind mengatakan kepada wartawan bahwa "akan lebih baik baginya untuk pergi ke klub top di Belanda terlebih dahulu dan, setelah dua atau tiga tahun, bergabung dengan tim luar".

Kalau dipikir-pikir, ia mungkin benar.

Janssen bermain di luar ekspektasi selama musim 2016/17, karena cedera pergelangan kaki yang dialami oleh Kane, ia pun mau tidak mau menjadi pilihan utama bagi The Lilywhites.

Sebagai pemain berusia 22 tahun saat itu, dan dengan pengalamannya di papan atas, diharapkan dapat memberikan ancaman dan mencetak gol ke gawang Leicester City, yang secara mengejutkan menjadi juara di musim sebelumnya. Ia mungkin mengagetkan, tapi dengan kebingungannya di lapangan dan ia tampak tertekan sepanjang pertandingan.

Ia hanya mencetak dua gol dalam 27 pertandingan di Liga Primer - penalti melawan Leicester pada bulan Oktober dan saat melawan Bournemouth pada bulan April, saat Kane sudah kembali fit.

Menit bermain Janssen untuk Spurs setelah itu semakin berkurang.

Janssen hanya bermain selama 40 menit di musim kedua dan ketiganya sebagai pemain di Spurs, meskipun ia menghabiskan sebagian besar musim 2017/18 dengan status pinjaman di Fenerbahce, di mana dia berjuang dengan cederanya dan hanya mencetak lima gol dalam 18 pertandingan.

Pada awal musim 2018/19, Janssen bahkan tidak diberi nomor skuad oleh manajer Mauricio Pochettino.

Pada saat ia kembali ke tim senior, untuk pertemuan Liga Primer melawan Manchester City pada April 2019 - 20 bulan setelah ia terakhir kali masuk ke dalam skuad asuhan Pochettino - sebagian penggemar Spurs sudah lupa bahwa Janssen masih pemain mereka.

Entah bagaimana, Daniel Levy pasrah untuk menjual Janssen ke Monterrey sebesar £6 juta ($8 juta). Namun untuk seorang pemain yang terpinggirkan, nyatanya ia telah menikmati beberapa kesuksesan di Amerika Utara.

Dia mencetak gol dalam adu penalti saat Monterrey memenangkan final Apertura 2019, untuk mengklaim trofi liga pertamanya.

Tim Meksiko itu kemudian menang di Liga Champions CONCACAF 2021 untuk mendapatkan tempat di Piala Dunia Antarklub tahun ini.

Namun, kontribusi Janssen yang paling menonjol datang dalam kemenangan leg kedua babak 16 besar atas klub Republik Dominika Atletico Pantoja.

Setelah membantu timnya menang 5-1 secara agregat, Janssen malah melewatkan kesempatan untuk mencetak brace. Janssen gagal menjebloskan bola ke dalam gawang dari jarak dua yard.

Untuk penggemar Spurs, itu adalah Janssen yang mereka kenal dengan sangat baik.

Iklan