Piala Dunia adalah turnamen quadrennial yang menghadirkan kesempatan bagi tim untuk memamerkan bakat mereka di panggung internasional. Baik itu gol berkesan Siphiwe Tshabalala di Piala Dunia 2010 atau dongeng Kroasia di Rusia, Piala Dunia memberi negara-negara kesempatan untuk menempatkan nama mereka di peta dunia. Dan salah satu tim tersebut adalah Australia yang telah menunjukkan tanda-tanda kemajuan panggung tersebut.
Selain kinerja babak penyisihan grup yang memukau, Australia mendapatkan tempat di babak 16 besar Piala Dunia 2022 dan mereka menghadapi pemenang turnamen Argentina. Meski pun disingkirkan dari kompetisi oleh La Albiceleste-nya Lionel Messi, Australia membuktikan kepada dunia mengapa mereka adalah tim yang harus diperhatikan dalam waktu dekat.
Australia telah menjadi salah satu tim paling sukses yang keluar dari Konfederasi Sepakbola Oceania (OFC), begitu sukses sehingga mereka harus beralih konfederasi untuk kompetisi yang lebih baik dan nilai yang lebih tinggi.
Saat negara tersebut telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, jarang bagi suatu negara untuk beralih benua dan GOAL menjelaskan mengapa Australia benar-benar memutuskan beralih dari OFC ke AFC.
Mengapa Australia pindah ke Asia?
Australia adalah bagian dari OFC tetapi terus-menerus frustrasi karena mereka gagal memenuhi gagal lolos ke putaran final Piala Dunia karena rendahnya peringkat OFC. Meski pun menjadi tim terkuat di OFC, FIFA tidak pernah memberi mereka tiket lolos otomatis ke Piala Dunia karena pemenang Zona Oceania hanya menerima jatah 0,5 tim yang berhak lolos, yang berarti Socceroos harus terus-menerus mengikuti fase play-off antarbenua.
Pada tahun 1966 Korea Utara mengandaskan mereka di play-off, Israel mengalahkan mereka pada tahun 1970, dan Skotlandia menyingkirkan mereka pada tahun 1986. Rentetan malapetaka mereka di play-off berlanjut ketika Argentina mengalahkan mereka pada tahun 1994 diikuti oleh Iran pada tahun 1998 dan Uruguay pada tahun 2002.
Mereka berhasil mencapai Piala Dunia 1974 di Jerman Barat tetapi kemudian melewatkan tujuh turnamen yang meredam impian mereka untuk mencapai karnaval sepakbola terbesar.
Dengan Australia terus-menerus gagal melewati rintangan play-off, negara itu memutuskan untuk beralih ke Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) karena mereka adanya jaminan rute play-off yang lebih mudah dan juga tentunya ada jatah tiket lolos otomatis.
Akibatnya, pada tahun 2005 Australia mengundurkan diri dari OFC dan memutuskan untuk bergabung dengan AFC ketika mereka mengajukan permintaan ke FIFA yang disetujui oleh badan sepakbola dunia tersebut dan sejak itu mereka tampil di setiap putaran final Piala Dunia (2006, 2010, 2014, 2014 , dan 2022).
Mengenal aturan perpindahan konfederasi di FIFA
Australia mengajukan permintaan resmi pada tahun 2005 dan hanya satu tahun kemudian mantan presiden FIFA, Sepp Blatter menerima permintaan negara yang memungkinkan mereka untuk berpindah konfederasi.
Menurut aturannya, tiga kondisi utama harus dipenuhi jika negara mana pun ingin mengganti konfederasi mereka yang tercantum di bawah ini:
- FIFA menyetujui permohonan pindah
- Tidak ada keberatan dari negara-negara yang sudah ada di zona tujuan
- Konfederasi tujuan menyetujui perpindahan
Australia memenuhi semua persyaratan ini dan secara resmi disambut ke AFC sementara keluarnya Socceroos dari OFC juga menguntungkan wilayah itu.
Menurut Blatter, "Semua peserta senang dengan langkah ini dan ini terjadi, Komite Eksekutif menyetujuinya berdasarkan statuta [FIFA]."
Mengapa perpindahan Australia menguntungkan Asia dan Oseania?
Peralihan Australia dari OFC terlihat sebagai langkah positif untuk ketiga pihak - Australia, Konfederasi Sepakbola Oceania (OFC), dan Konfederasi Sepakbola Asia (AFC).
Selama di OFC, Australia biasanya menerjunkan salah satu tim terkuat mereka dalam sejarah mereka dengan para pemain yang berlaga di liga di seluruh Eropa tetapi masih kesusahan mendapatkan tiket ke Piala Dunia. Begitu mereka beralih benua, rutenya menjadi sangat mudah sementara negara ini juga mengumpulkan peluang pemasaran besar-besaran.
Untuk OFC, kepergian Australia membuka pintu bagi tim lain untuk mendapatkan tempat di babak play-off antarbenua dan tidak menjadikan OFC cuma didominasi oleh satu negara. Misalnya, Selandia Baru mendapatkan tiket ke Piala Dunia 2010 sementara Fiji hadir di Olimpiade 2016. Pengunduran diri Australia membuka pintu bagi negara-negara lain untuk meningkatkan level sepakbola mereka, membantu mereka memperkuat diri di peta sepakbola.
Blatter berpendapat "para delegasi Oseania telah berpikir selama bertahun-tahun bahwa Australia terlalu kuat dan menghalangi jalan 11 negara lainnya. Sekarang Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik setidaknya memiliki kesempatan. Mereka bisa melakukannya sendiri, saya yakin itu akan sukses."
Terakhir, AFC juga memiliki pandangan positif terhadap Australia bergabung dengan konfederasi mereka. Pertama-tama, banyak pemain Australia masih bermain di Eropa, yang berarti bahwa para pemain Asia dapat bersaing dengan pemain yang memiliki gaya bermain dan fisik yang lebih baik, meningkatkan permainan mereka.
Masuknya Australia di AFC juga menambahkan persaingan besar-besaran mengingat begitu kuat negara tersebut, yang membantu negara-negara lain untuk memperkuat sepakbola mereka karena menghadirkan tantangan yang lebih besar yang bisa sangat membantu bagi mereka.