Chelsea bersiap-siap menapaki jalan yang belum pernah terpetakan sebelumnya, dengan konsorsium pimpinan Todd Boehly resmi membeli The Blues dari tangan Roman Abramovich setelah merampungkan proses penawaran panjang yang terus berjalan sejak Maret.
Boehly, yang memiliki Los Angels Lakers dan LA Dodgers, sudah mendapatkan lampu hijau dari Liga Primer Inggris dan Pemerintah Inggris setelah bersepakat dengan bank investasi New York - Raine Group - yang memfasilitasi penjualan ini.
Miliarder Amerika Serikat itu, yang memiliki kekayaan bersih senilai sekitar £3,3 miliar, menjadi calon pemilik yang populer di kalangan suporter Chelsea sepanjang proses penjualan karena pengetahuannya soal The Blues dan kesuksesannya di bidang olahraga lain.
Proposalnya juga jamak didukung karena dia bersikap cukup transparan sepanjang proses penawaran.
Memang benar, rasanya mustahil ada pemilik lain yang bakal mengoperasikan Chelsea dengan cara Abramovich.
Pertandingan berikutnya
Karena tak memedulikan profit, Abramovich menyuntikkan lebih dari £1,6 miliar dari kantong pribadinya untuk Chelsea demi menjaga kesuksesan mereka.
Mulai sekarang, The Blues harus lebih piawai di bursa transfer dan mendanai perekrutan mereka lewat sumber pendapatan baru.
Menyoal perekrutan pemain, Chelsea kini berniat untuk meniru model Liverpool, yang mampu menyaingin Manchester City di perburuan gelar juara Liga Primer Inggris dengan mendaratkan pemain yang memang terbukti cocok dengan filosofi sepakbola manajer mereka.
Namun kenyataannya, meski pendekatan transfer di awal era Abramovich bisa dibilang liar, strategi Chelsea sekarang sudah lebih dewasa, dan sudah mulai menuai investasi yang mereka taburkan ke akademi di Cobham.
Getty/GOALTapi, meski Chelsea sudah mulai memburu pemain berdasarkan data -- sebuah model yang jadi sumber kesuksesan Liverpool -- mereka masih melakukan kesalahan besar nan mahal di bursa transfer.
Yang paling kentara jelas pembelian Romelu Lukaku dengan harga yang memecahkan rekor mereka, yakni £100 juta, mengingat betapa striker Belgia itu sama sekali tidak padu dengan taktik racikan Tuchel.
Selain menentukan Lukaku harus diapakan musim panas ini, kubu Boehly juga dimengerti cemas dengan banyaknya kontrak pemain yang segera habis, dengan Antonio Rudiger dan Andreas Christensen sudah dipastikan hengkang secara cuma-cuma musim panas ini.
Sang pemilik baru sangat ingin memastikan tak satu pun dari Mason Mount atau Reece James tergoda meninggalkan Stamford Bridge, apalagi karena gaji mereka dianggap tidak sepadan dengan megahnya talenta yang mereka tunjukkan.
Tapi, fans Chelsea bakal sedikit lega karena kubu Boehly punya kesadaran atas apa saja permasalahan di tubuh The Blues yang harus segera diselesaikan.
Namun seharusnya itu tidak terlalu mengejutkan, karena Boehly sudah melakukan risetnya tentang Chelsea pada 2019 ketika pertama mencoba membelinya.
Pada akhirnya, tawaran Boehly yang sebesar £2,2 miliar ditolak oleh Roman Abramovich, meski taipan Rusia itu mulai membuka diri mau menjual Chelsea setelah visanya dicabut Inggris menyusul ketegangan politik dengan Rusia.
Waktu itu, rencana renovasi Stamford Bridge yang ambisius, senilai £1 miliar, juga dikesampingkan.
Kini, karena stadion tersebut adalah salah satu yang paling kecil di Liga Primer Inggris, renovasi Stamford Bridge menjadi isu krusial dalam pencarian pemilik baru.
Benar saja, kubu Boehly mempresentasikan salah satu proposal renovasi yang paling terperinci dan sudah berbicara dengan beberapa arsitek, seperti Jane Marie Smith dan David Hickey, yang sempat terlibat di proyek renovasi pertama milik Abramovich.
Getty/GOALLebih jauh lagi, semua calon pembeli diminta untuk berkomitmen menyuntikkan setidaknya £1 miliar untuk pengoperasian tim pria, wanita, dan akademi Chelsea sepanjang satu dekade pertama kepemilikan. Setelahnya mereka juga diminta untuk menggelontorkan £500 juta tambahan.
Harus dikatakan, meski Boehly adalah wajah dan pemimpin konsorsium calon pembeli Chelsea ini, ada banyak sosok-sosok penting di balik layar. Yang paling signifikan mungkin Clearlake Capital, sebuah firma ekuitas swasta yang mendanai setidaknya 66 persen akuisisi ini.
Pemilik bersama (co-founder) Clearlake, Behdad Eghbali dan Jose Feliciano juga berkomitmen menjadi "direktur aktif" meski ada investasi lain dengan besaran serupa atau lebih.
Mereka bakal memegang wewenang kuat terkait masa depan Chelsea, tetapi mereka yang dekat dengan proses penjualan ini yakin bahwa sebagian dana pembelian dari mereka berdua akan berasal dari utang.
Ada juga Hansjorg Wyss, mitra bisnis Boehly sejak lama dan seorang miliarder Swiss yang tidak akan terlalu banyak tampil tetapi bakal memiliki pengaruh penting. Lalu ada pemilik prinsipil LA Dodgers Mark Walter, dan investor Inggris Jonathan Goldstein.
Pokoknya, ini adalah sekelompok pebisnis dengan relasi nomor wahid di kancah politik dan finansial.
Mereka menggunakan layanan bank-bank besar seperti Goldman Sachs dan Robey Warshaw -- Robey Warshaw sendiri memiliki penasihat yang merupakan mantan Kanselir Inggris dan fans Chelsea, George Osborne.
Mereka juga bakal menambahkan fans Chelsea masuk dewan, termasuk Danny Finkelstein, yang merupakan anggota Dewan Bangsawan Britania Raya dan kolumnis The Times. Serta Barbara Charone, seorang marketing executive di industri hiburan.
Meski berasosiasi ketat dengan Abramovich, GOAL mengonfirmasi bahwa Bruce Buck & Marina Granovskaia, ketua dan direktur Chelsea, akan meneruskan jabatan mereka setelah akuisisi resmi selesai, setidaknya untuk saat ini.
Alasan mengapa begitu banyak sosok berkuasa yang tertarik ke dalam pembelian Chelsea adalah karena aset blue-chip seperti ini jarang-jarang muncul di pasar. Klub-klub Liga Primer Inggris sekarang kian sulit untuk dibeli, bahkan untuk orang-orang terkaya di dunia sekalipun.
Berbasis di London membuat Chelsea semakin atraktif buat investor, yang juga percaya bahwa The Blues belum memaksimalkan potensi komersial mereka dibandingkan rival-rival 'Big Six' lainnya.
Getty/GOALBoehly, yang berbicara pada Konferensi Global Milken Institute 2022 saat proses penjualan, menyampaikan rencananya untuk memonetisasi fans lewat cara kreatif.
"Anda menyebutnya 'tokenisasi' hanya karena ini digital," katanya. "Tapi realitanya adalah jika Anda hendak membeli saham Green Bay Packers, buat saya itu 'tokenisasi'."
"Anda tidak punya hak, tak punya kendali, tetapi bisa bilang punya 'ketertarikan' terhadap Packers."
"Menurut saya loyalty programs, entah itu Vivid Seats, Dodgers, Lakers, Chelsea, kita semua memikirkan bagaimana cara kita bisa punya hubungan langsung dengan pelanggan yang bisa kita manfaatkan."
"Dan kalau itu hadir dalam sebentuk 'tokenisasi', ya sudah, tetapi apa yang benar-benar kita pedulikan adalah akses langsung ke fanbase kita."
"Dan kalau kita punya akses langsung terhadap fanbase kita, [maka] kita bisa mulai memikirkan soal [memiliki] beragam tingkatan fans yang menginginkan produk yang berbeda-beda."
"Jadi, kita mulai banyak memikirkan apa yang sebenar-benarnya kita ingin berikan buat 'super fans' kita, dan bagaimana kita bisa mengembangkan fans."
Menarik melihat bagaimana penerimaan ide Boehly, dengan suporter Chelsea kini mungkin sudah mulai mengubah ekspektasi terkait gaya operasional klub kesayangan mereka.
Tapi tetap saja, akuisisi ini sudah selesai dan The Blues akan segera move on dari era penuh kejayaan tapi penuh kontroversial di bawah Abramovich.