Elye Wahi NXGN GFXGOAL

Elye Wahi: Remaja Pencetak Gol Terbanyak Di 5 Liga Besar Eropa

Siapa, sih, remaja dengan gol terbanyak di Lima Liga Besar Eropa musim 2021/22?

Kalau Anda tidak terlalu mengikuti sepakbola Prancis musim ini, rasanya sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Meski menandai hari pertama Mei dengan gol liga ke-10-nya musim ini, performa Elye Wahi buat Montpellier masih belum menarik perhatian penggemar sepakbola Eropa.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Namun dilihat dari dekat, statistik menandakan bahwa pemain 19 tahun ini punya potensi menjadi salah satu striker ngetop di waktu dekat.

Wahi bukan cuma pemain termuda dalam sejarah Montpellier yang mencapai dua digit gol dalam semusim, dia juga menduduki peringkat tiga dalam klasemen pemain termuda yang mencetak 10 gol di Ligue 1 – cuma di bawah Kylian Mbappe dan Ousmane Dembele, tetapi mengungguli Thierry Henry.

Tentunya, Montpellier gerak cepat memperbarui kontrak remaja tanggung tersebut pada Maret 2022 kemarin, tetapi tidak lama lagi rasanya raksasa-raksasa Prancis dan Eropa bakal mengantre mendapatkan seorang pemain yang sejak dini sudah tahu cara bikin gol ke gawang lawan ini.

Lahir di Courcouronnes di pinggiran Paris selatan, Wahi pertama kali mencicipi sepakbola bareng Suresnes, klub di mana N'Golo Kante si gelandang perusak milik Chelsea meniti karier kala remaja.

Wahi bergabung dengan klub asal Hauts-de-Seine tersebut saat berusia tujuh tahun, dan dia langsung menunjukkan tajinya sebagai predator kotak penalti.

Simak wonderkid sepakbola terbaik lainnya bersama NXGN:

"Dia dua atau tiga tahun lebih unggul dari teman sebayanya soal apa yang bisa dia lakukan," jelas Pierre Ville, mantan presiden Suresnes, kepada GOAL. "Dia langsung menunjukkan pada mereka kalau dia beda kelas."

"Dalam sebuah turnamen yang kami gelar, saya melihatnya mencetak gol sepakan voli dengan bola jatuh secara vertikal dari langit, kayak menonton [Zinedine] Zidane di final Liga Champions 2002, tapi waktu itu dia baru 11 tahun!"

Sepakbola segalanya buat Wahi, meski kadang ada kekhawatiran terkait pendidikannya, karena dia tak terlalu menikmati sekolah.

"Ini bukan soal kecerdasan, tetapi sekolah adalah sesuatu yang berat untuknya," kenang Ville.

"Dia selalu bermain dengan bola karena sepakbola memenuhi pikirannya. Dia mencintai permainan ini, apalagi ikut bertanding."

Di usia 13 tahun, akademi-akademi klub profesional mulai menyadari bakat Wahi, dan dia memutuskan gabung Caen – yang kebetulan juga salah satu bekas klub Kante – di usia 13 tahun.

Sebagian alasan dari keputusan untuk hijrah ke Normandy adalah supaya tidak terlalu jauh dari rumah yang ia tinggali bersama ibu dan saudara perempuannya, sebagian lagi adalah demi mengenyam pendidikan di akademi yang dikenal bisa memberi pemain-pemain terbaiknya jalur yang jelas menuju tim utama.

Namun, kesempatan tersebut tidak hadir buat Wahi, meski mencetak 89 gol dalam semusim ketika bermain buat Caen U-15.

Alih-alih, dia pergi dari Caen untuk alasan non-sepakbola dan, pada musim panas 2018, kembali ke pinggiran Paris tanpa punya klub.

Dia menerima beberapa tawaran dari inggris saat itu, tetapi memilih Montpellier, di mana dia reuni dengan mantan direktur akademi Caen, Francis de Taddeo, yang saat itu baru saja mengisi jabatan serupa buat La Paillade.

"Dia pemain yang kuat, atletis, dan cepat dengan berbagai keterampilan menggiring bola di mana cuma dia yang tahu apa yang bakal dia lakukan selanjutnya," kata De Taddeo kepada France Bleu, dan fans Montpellier sudah bisa menyaksikan bakat tersebut sejak dia melakoni debut seniornya kontra Metz pada Desember 2020.

Meski penampilan keduanya di Ligue 1 baru datang sebulan kemudian melawan AS Monaco, Wahi menandainya dengan gol, menjadikannya pencetak gol termuda kedua sepanjang sejarah Montpellier.

Dia menambah torehan itu dengan dua gol tambahan sebelum musim berakhir, dan dia sering digunakan sebagai pemain pengganti oleh manajer Michel Der Zakarian.

Peran tersebut ia teruskan di bulan-bulan awal rezim Olivier Dall'Oglio setelah dia menggantikan Der Zakarian pada musim panas 2021, tetapi setelah hanya mencetak satu gol dalam empat bulan pertama musim tersebut, Wahi justru meledak sejak Desember, dan menjadi starter reguler.

Di karier Ligue 1-nya sampai saat ini, dia memiliki rataan satu gol setiap 177 menit, dan tak banyak pemain seusianya yang bisa mengklaim punya rasio gol-setiap-dua-laga di kasta tertinggi.

Di luar lapangan, Wahi terintegrasi dengan baik dengan skuad Montpellier, dan ditunjuk sebagai penyanyi terbaik di skuad setelah menampilkan 'Premier Gaou', lagu yang dipopulerkan Magic System, saat inisiasinya.

Memang, Wahi lumayan menyeriusi talenta tarik suara dibandingkan pesepakbola lain.

"Elye sangat berhasrat soal musik," kata seorang sahabat karibnya kepada GOAL. "DIa senang menonton konser dan sendirinya juga cukup jago menyanyi."

"Tanpa berniat menjadikannya sebagai karier, terkadang dia ke studio untuk menyanyi. Itu hobinya."

Meski punya ketertarikan di luar lapangan, yang terpenting buat Wahi sekarang adalah untuk terus menciptakan musik merdu di lapangan sepakbola, dan meneruskan musim breakout impresifnya dengan terus tampil garang di tanah air.

Kalau dia bisa melakukannya, mungkin seluruh dunia akan segera mengenal namanya -- mungkin juga suaranya.

Simak lebih banyak pemain muda terbaik lainnya dengan mengikuti NXGN di Twitter, Instagram, dan TikTok.

Iklan