Kevin De Bruyne Manchester City GFXGoal

Evolusi Kevin De Bruyne: Pemimpin Inspiratif & Calon Peraih Ballon D'Or

Ketika Raheem Sterling dengan ceroboh dijatuhkan Dani Carvajal dalam duel leg pertama babak 16 besar Liga Champions antara Manchester City dan Real Madrid, Kevin De Bruyne muncul untuk mengambil alih situasi.

City mengalami krisis kepercayaan diri dalam situasi eksekusi penalti, dengan Sterling, Gabriel Jesus, Ilkay Gundogan dan Sergio Aguero sama-sama gagal melaksanakan tugas dalam empat kesempatan terakhir. Mengenakan ban kapten, De Bruyne langsung mengajukan dirinya, mengatakan kepada rekan-rekan setim bahwa dirinya yang akan menjadi eksekutor. Kemudian, dalam suasana menegangkan, ia dengan tenang memperdaya rekan senegaranya asal Belgia, Thibaut Courtois yang mengawal mistar, ketika melakukan eksekusi tendangan penalti pertamanya dalam tiga setengah tahun terakhir.

Itu adalah sinyal lain dalam perkembangan karier sang gelandang, dari semula yang dianggap sebagai pemain muda penuh talenta namun penuh emosi, menjadi seorang pemimpin berjiwa besar dan inspiratif.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

De Bruyne terkadang dipandang sebagai pemain yang emosional di masa lalu, tapi bagi mereka yang mengenal sang pemain 28 tahun lebih dekat mengatakan bahwa ia telah menumbuhkan kedewasaan di lapangan, yang terbantu dengan keberadaan keluarganya yang ikut menetap di Manchester.

Sebagai pemuda yang lulus dari akademi Genk, ia memiliki reputasi sulit. Terkadang hal itu disangkalnya, menegaskan bahwa dirinya seorang pemalu dan tertutup, tapi sama sekali bukan pembuat onar. Tentu saja itu tidak mempengaruhi perkembangannya di lapangan dan, setelah namanya mencuat di Liga Jupiler Belgia, ia dengan cepat mewujudkan transfer ke Chelsea.

Hanya saja, di Stamford Bridge, mantan pelatihnya, Jose Mourinho mendeskripsikannya sebagai "bocah pemarah", yang berlatih dengan buruk dan ingin pergi karena kurangnya kesempatan bermain di tim utama. De Bruyne tidak memiliki dendam terhadap Chelsea atau Mourinho. Kepergiannya dengan status pinjaman ke Werder Bremen sebelum pindah permanen ke Wolfsburg membantu perkembangan kariernya dengan kebebasan untuk bertualang.

Tekanan pada dirinya bertambah saat hijrah ke Etihad Stadium pada Agustus 2015. Kendati demikian, ia langsung memberi pengaruh instan bagi pasukan Manuel Pellegrini yang dihuni banyak pemain tua kala itu hingga mampu menembus semi-final Liga Champions.

Sekarang ia memiliki pengalaman dan modal untuk menjadi sosok kunci bagi skuad arahan Pep Guardiola, dengan kemampuan memainkan sejumlah peran. Saat ia menembus tim utama Genk, posisi terbaiknya adalah gelandang sisi sayap atau sebagai pemain nomor 10, di mana ia bisa mengambil risiko tanpa kerugian besar.

Kevin De Bruyne Real Madrid Manchester City Champions League 2020Getty Images

Bagi klub dan negara, ia sekarang sering ditempatkan sebagai gelandang nomor delapan, yang membuatnya memiliki kesempatan untuk bisa membuat perbedaan di seluruh sektor lapangan, termasuk mencetak gol karena insting penempatan waktu dan penyelesaian akhir yang prima.

Salah satu pelatih yang pernah bekerja dekat dengannya bahkan menilainya sebagai pemain dengan kualitas di atas Xavi dan Andres Iniesta karena ia punya bekal dalam kecepatan, mampu meningkatkan akselerasi serangan tim, sementara kedua legenda hidup Barcelona sebaliknya, sering memperlambat tempo.

De Bruyne juga pernah dipercaya memainkan peran sebagai gelandang nomor enam oleh Guardiola mau pun pelatih tim nasional Belgia, Roberto Martinez, karena ia memiliki kemampuan untuk mengatur irama permainan dengan kualitas umpan-umpannya serta kemauan untuk turun ke belakang demi mengambil bola dari kiper atau bek tengah.

"Beberapa tahun yang lalu ia tidak bisa bermain sebagai pivot, karena ia tidak cukup memiliki kapasitas, karena ia tidak punya kemampuan yang cukup untuk memerankan tugas sebagai pembagi ke para pemain di sekitarnya," kata manajer Arsenal, Mikel Arteta dalam buku berjudul Pep’s City: The Making of a Superteam. "Sekarang ia bisa melakukannya - ia memahami situasi di lapangan, timnya, tuntutan, asosiasi sepakbola yang menghubungkan komponen tim dengan operan serta pergerakan."

Tapi itu tidak berdampak pada pengaruh kreatifnya. Sebelum virus corona menghentikan aktivitas sepakbola, De Bruyne membukukan 16 assist di Liga Primer Inggris dan hanya perlu lima lagi untuk memecahkan rekor Thierry Henry dalam semusim.

Tanggung jawab lebih membuatnya lebih berkembang, bahkan meski kampanye City tidak berjalan semulus dua musim sebelumnya. De Bruyne adalah wakil kapten tim dan negaranya, dan berpotensi menjadi kapten utama ketika nanti David Silva mengakhiri masa baktinya pada akhir musim, dengan sang gelandang veteran asal Spanyol itu sebelumnya meneruskan peran Vincent Kompany.

"Yang utama adalah saya membantu tim, saya membantu para pemain, memimpin mereka, terutama para pemain yang lebih muda. Saya tahu saya bisa membuat perbedaan bagi mereka," kata De Bruyne pada awal musim ini. "Saya hanya mendorong diri ini. Tidak ada siapa pun yang memberi tekanan pada diri saya selain diri saya sendiri. Tidak sulit bagi saya untuk bekerja keras dan mendorond diri sampai batas."

"Terkadang Anda memiliki performa bagus, terkadang tidak, tapi bahkan ketika Anda bermain biasa-biasa saja atau buruk, Anda masih harus melakukan pekerjaan Anda dan membantu tim. Saya seorang gelandang, jadi saya ada untuk membantu tim sebaik mungkin dan saya membuat tim bermain bagus secara bersama-sama. Itulah fokus utama saya."

Saat De Bruyne berkembang menjadi pemain yang mungkin terbaik bagi tim, ia masih memiliki kemampuan untuk menjadi aktor penentu hasil pertandingan. Kemenangan 2-1 atas Real Madrid pada Februari lalu, yang mungkin dianggap sebagai penampilan terbaik City di Eropa, adalah bukti kehebatan De Bruyne. Terlepas dari ketenangannya dalam mengeksekusi penalti, ia juga merancang terciptanya gol Gabriel Jesus dan juga mendikte banyak peluang terbaik City lainnya.

Selepas melewati periode penuh kekecewaan akibat cedera yang menganggu sebagian besar perjalanannya di musim lalu, De Bruyne telah meningkatkan level permainannya sekali lagi dan membuat beberapa pakar mulai menjagokan namanya layak menerima penghargaan Pemain Terbaik Musim Ini, tanpa memandang penampilan garan Liverpool sebagai pesaing.

Dengan duopoli Ballon d'Or yang dilakukan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang pastinya akan berakhir pada satu masa, ada potensi bagi De Bruyne untuk meraih penghargaan tersebut suatu hari nanti, terutama jika ia berhasil memimpin City menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya.

"Mungkin tidak terlalu jauh," kata De Bruyne ketika ditanya seberapa dekat peluangnya untuk bisa memenangkan Ballon d'Or. "Tapi siapakah saya untuk bisa menentukan itu? Saya hanya berusaha untuk menjadi terbaik sebisa mungkin."

"Saya telah bermain bagus selama beberapa tahun terakhir dan bahkan musim lalu, saya kerap diterpa cedera tapi saat berada di lapangan, saya baik-baik saja."

"Bahkan di Jerman, saya memiliki tahun-tahun yang baik dan saya merasa bahagia, tapi siapa yang memutuskan itu [sebagai pemain terbaik]? Saya tidak tahu, tapi saya pikir saya sudah cukup dekat untuk itu."

Itu sebabnya City beruntung memiliki De Bruyne dan mengapa, dengan sanksi larangan tampil di Liga Champions yang menghantui klub, mereka akan mempertimbangkan memberikan perpanjangan kontrak setelah krisis akibat COVID-19 mereda.

"Saya mengatakan kepada istri saya bahwa saya akan bermain sedikit lebih lama," kata De Bruyne dalam sesi tanya jawab di Instagram pekan lalu. "Setelah masa karantina ini, saya tidak bisa berdiam diri di rumah, saya katakan kepadanya bahwa saya akan bermain dua tahun lebih lama lagi."

Mungkin masih ada beberapa tahun yang brilian lagi dilalui oleh De Bruyne di Etihad.

Iklan