Layton Stewart LiverpoolGetty

Memperkenalkan, Mesin Gol Baru Liverpool Layton Stewart

"Kamu ingin saya menyebutkan satu nama?" tanya Alex Inglethorpe sambil tersenyum. "Surprise surprise!"

Kami duduk di dalam kantor, lantai pertama gedung Akademi Liverpool di Kirkby dan Inglethorpe begitu bersemangat. 

Ketika itu jelang final Liga Champions di mana tim senior Liverpool menghajar Tottenham Hotspur untuk mengamankan Piala Eropa keenam. Dan Tottenham adalah mantan timnya. 

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Dalam bincang-bincang yang sarat informasi selama satu jam, kami membicarakan kiprahnya bersama Spurs melatih pemain top seperti Harry Kane, Danny Rose, Andros Townsend dan Harry Winks. 

Kami juga membahas sepakbola Inggris dan membeludaknya bakat di usia muda, kemudian membicarakan Trent Alexander-Arnold yang sekarang menjadi bintang berkat kemajuannya yang masif. 

Tetapi generasi berikutnya yang menjadi titik perhatian Goal, sama dengan Inglethorpe. 

"OK, satu nama," ujar direktur Akademi Liverpool tersebut sambil menatap tajam. "Layton Stewart. Amati, dia bisa menjadi apapun yan diinginkannya."

Wow, tentu saja itu pujian setinggi langit apalagi jika kami mengingat perbincangan sebelumnya di mana dia menyebut dirinya tidak mudah puas.

Akan tetapi Stewart memang mampu menarik perhatian melalui sederet performa apik yang diperlihatkan dalam 10 bulan terakhir. Kita bisa dengan yakin mengatakan, Inglethorpe mampu membaca potensi pemain ketika melihatnya. 

Dengan 16 gol, Scouser muda ini brilian di musim pertama di level U-18. Perkembangannya memang sempat terhambat karena cedera otot ligamen engkel namun sang remaja sudah masuk dalam pantauan Jurgen Klopp. 

Stewart, kelahiran Huyton dan penggemar sejati Liverpool, sudah pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi pemain tim utama di Anfield. 

Dia berlatih bersama tim senior di bawah komando Klopp di Melwood dan pada Desember lalu dia duduk di bench bersama tim U-23 besutan Neil Critchley yang kalah lawan Aston Villa di perempat-final Piala Carabao. 

Stewart baru mencatat debut di Premier League 2 di pekan sebelumnya, tetapi naluri mencetak golnya, ketajaman dan kepribadiannya telah mengangkat statusnya.

Layton Stewart Liverpool 2019-20Getty

"Saya suka tekanan," ujarnya, dan catatan musim ini menceritakan hal yang sama. 

Beberapa kali Stewart mampu mencetak gol penting - gol telat spektakuler - ke gawang Stoke dan dia juga mencetak gol penyama kedudukan ke gawang Napoli di UEFA Youth League, belum lagi gol-gol pentin lainnya. 

Stewart menjebol gawang Everton dan Manchester United dan pada November lalu mencatatkan nama di papan skor saat the Reds menjungkalkan Accrington pada ajang Leasing.com Trophy. 

"Dia sudah bersama kami sejak lama," kata pelatih U-18 Barry Lewtas, yang sebelumnya bekerja bersama Stewart di level U-16. 

"Perjalanannya masih panjang, banyak hal yang masih harus ditingkatkan tetapi kita juga harus mengatakan, sejauh ini dia sangat perhatian, sejak hari pertama dia mendengarkan dan patuh."

Stewart jelas punya sesuatu. Golnya ke gawang Stoke jadi contoh; cekatan, satu sentuhan cerdik dengan kaki luarnya untuk mengecoh kiper. Atau lihat saja bagaimana assist topnya untuk gol Jack Bearne di markas Salzburg pada Desember lalu. 

Ada sedikit kemiripan dengan Fernando Torres terkait caranya meredam laju bek sebelum dengan cepat berakselerasi menuju ruang terbuka. Penuh percaya diri, punya tujuan jelas dan tidak ada masalah. 

"Saya senang berada dekat dengan gawang," ujarnya pada LFCTV. "Keunggulan saya adalah berlari ke depan, melewati bek."

Perkembangannya memang masih berjalan. Sebelum mengalami cedera, dia bekerja bersama Inglethorpe dan legenda the Reds Steve Heighway untuk meningkatkan kemampuan sundulan, sementara Lewtas fokus pada bagaimana dia bergerak saat menerima bola, hingga bisa terus terlibat dalam permainan meski dalam situasi yang tidak menguntungkan. 

"Dia mendorong saya setiap hari," cetus Stewart. 

Datang dari keluarga Reds - "itu mengalir deras di darah kami" ujarnya - ada kebanggaan setiap dia mengenakan jersey merah. Ibunya selalu hadir di setiap pertandingan dan kegemilangan Alexander-Arnold, yang pernah satu sekolah di Rainhill High School, merupakan inspirasi tambahan. 

Melihat pergerakan Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mo Salah di tribun Anfield hanya akan menghadirkan keuntungan bagi penyerang muda ini. 

Cepat atau lambat, dia pasti berharap bisa lebih dekat dengan para bintang itu. Pada Januari lalu Stewart meneken kontrak profesional pertamanya dan kerja keras sejatinya baru dimulai. 

"Saya ingin berada di sekitar tim utama," lanjut Stewart. 

Perjalanannya masih panjang, menuju puncak penuh dengan liku-liku tidak peduli betapa berbakatnya Anda. 

Tetapi jika Stewart ingin mewujudkan pujian Inglethorpe di atas, maka ini bukan awal yang buruk. 

Iklan