Alfred Riedl - Indonesia & Thailand AFF Suzuki Cup 2016Goal / Abi Yazid

Obituari: Alfred Riedl, Sosok Pemberi Harapan

Sepakbola Indonesia dirundung duka ketika sosok pelatih asal Austria, Alfred Riedl, meninggal dunia pada usia 70 tahun, Selasa (7/9), di Wina. Riedl diketahui memang sudah memiliki riwayat penyakit ginjal, sejak awal tahun 2005.

Seorang sosok yang dingin, jarang tersenyum dan terkesan membosankan, tapi justru Riedl adalah pelatih yang memberi kita harapan. Setidaknya, hal itu terjadi pada 2010 dan 2016, ketika timnas Indonesia dibawa menembus final Piala AFF.

Tak ada yang menampik bahwa 2010 adalah tahun euforia masyarakat Indonesia akan sepakbola dan menyadarkan mereka tentang kecintaan terhadap timnas Indonesia. Status tuan rumah Piala AFF membuat segalanya begitu terasa.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Saat itu pula gunjang-ganjing PSSI mulai muncul, namun Merah-Putih tetap dibawa Riedl menembus final dengan beberapa pemain muda seperti Irfan Bachdim, Yongky Aribowo hingga Okto Maniani. Sayangnya, Indonesia kalah dari Malaysia di final.

Riedl mengakui bahwa 2010 dia tidak tahu apa-apa soal sepakbola Indonesia, namun sepertinya dia benar-benar tahu apa yang harus diperbuat, memahami bagaimana pemain Indonesia dengan cepat, dan akhirnya memberi harapan akan juara.

Alfred Riedl - IndonesiaGoal / Abi Yazid

Sosoknya langsung menyihir publik Tanah Air sejak laga pertama kontra Malaysia, hingga ketika final 2010 bisa dijangkau Bambang Pamungkas dan kawan-kawan. Tak ada yang meragukan bahwa Riedl adalah sosok yang tepat untuk membawa timnas Indonesia merasakan gelar juara di tahun berikutnya.

Situasi berkata lain, karena Riedl nyatanya tak lagi menukangi timnas lantaran situasi federasi yang rumit setelah 2010. Pada 2014 ia kembali, namun entah apa yang salah karena materi pemain Indonesia begitu 'wah', namun lolos gagal lolos grup Piala AFF.

Kesempatan ketiga hadir pada 2016. Tahun tersebut rasanya luar biasa, masyarakat Indonesia tidak ada yang berharap tinggi, namun Riedl masih berani membawa kita semua bermimpi bahwa gelar juara itu mungkin saja diambil pada tahun tersebut.

Harapan itu ia ukir secara perlahan, dengan pendekatan yang tepat, tahu harus berbuat apa dengan situasi yang tidak menguntungkan. Indonesia baru lepas dari jerat sanksi FIFA, dan liga hiburan membuat peraturan setiap klub hanya boleh melepas maksimal dua pemain ke timnas.

Nyatanya, kita sudah diajak merasakan roller coaster sejak fase grup, di mana Indonesia seakan lolos dari lubang jarum. Riedl benar-benar membuat timnas kala itu berani berjuang, meski secara taktik tak menawan. Intinya, Riedl tahu bagaimana berbuat dalam segala keterbatasan.

Semi-final leg kedua di Vietnam benar-benar menyihir, dilanjutkan bagaimana leg pertama final kontra Thailand di Stadion Pakansari. Sayangnya, pada leg kedua Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand, kala itu timnas pun sebenarnya dihadapkan dengan sederet masalah cedera pemain.

Alfred RiedlThana Wongmanee/GOAL Thailand

Secara pribadi, Riedl seorang sosok yang tegas nan simpatik. Ia tidak ragu mengajarkan sopan santun kepada awak media, atau bahkan melempar canda. Banyak pemain yang mengakui juga, bahwa Riedl benar-benar melindungi tim agar tetap fokus, tak terganggu pihak luar.

Sosok Riedl sebagai pribadi yang luar biasa pun dirasakan publik Vietnam.

Ia dinilai telah berbuat banyak untuk sepakbola Vietnam, memantik semangat sepakbola publik di sana, seperti yang ia lakukan kepada timnas Indonesia. Sampai-sampai pada 2007, puluhan warga Vietnam bersedia menyumbangkan ginjal mereka untuk Riedl, dari mulai supir, buruh, hingga biksu.

Sosok pendonor dirahasiakan, namun Riedl terus menjaga hubungan dan merasakan momen emosional ketika bertemu dengan sang pendonor di Jakarta. "Dia menyelamatkan nyawa saya. Tanpa donornya, maka saya harus menjalani cuci darah tiga kali dalam sepekan. Itu seperti berada di akhir kehidupan," ucap Riedl dalam wawancara dengan ESPN FC.

Satu hal yang akan selalu membekas di kalangan awak media Indonesia, Riedl tak akan berlama-lama di meja konfrensi pers. Namun, dia akan senantiasa menunggu dan melemparkan kata "You need me?" ke kumpulan awak media, untuk memastikan segala pertanyaan terjawab sebelum ia pergi.

Auf Wiedersehen, Opa Riedl!

Alfred RiedlGetty Images
Iklan