Mauricio Pochettino dipandang sebagai salah satu pelatih Tottenham terbaik setelah mengantar Spurs melaju ke final Liga Champions dan finis di atas Arsenal pada klasemen akhir Liga Primer Inggris musim lalu, tetapi jebloknya performa saat ini membuat manajemen kehilangan kesabaran.
Harry Kane dan kawan-kawan terjerembab di posisi 14 klasemen sementara, telah tersingkir dari Piala Liga, dan meski memiliki kans besar untuk lolos ke babak gugur Liga Champions, Spurs sempat menelan kekalahan memalukan di kandang sendiri dengan skor 7-2 saat menjamu Bayern Munich.
Alhasil, langkah radikal akhirnya dilakukan dengan mendepak Pochettino dan menggaet salah satu pelatih terbaik sepanjang masa, sosok yang disebut sebagai 'The Special One', sosok yang meraih juara liga di Italia, Spanyol dan juga Inggris, yaitu Jose Mourinho.
Pelatih asal Portugal itu resmi menggantikan Pochettino sebagai manajer Tottenham per hari ini dengan kontrak berdurasi hingga 2023 mendatang. Lalu, tantangan apakah yang menanti Mou?
DANA TERBATAS
Mourinho dikenal sebagai pelatih yang royal membelanjakan uang untuk menggaet pemain-pemain bintang di bursa transfer. Di klub terakhirnya, Manchester United, dalam tiga tahun ia melakukan pembelian mencapai €466 juta dengan Paul Pogba (€105 juta) dan Romelu Lukaku (84,7 juta) sebagai pemain termahal, sementara penjualan hanya di angka €123 juta atau mengalami defisit €343 juta dalam transfer pemain.
Pertandingan Berikut
Hal berbeda apabila dibandingkan dengan Spurs yang irit dalam belanja pemain. Hal itu bisa terlihat dalam aktivitas bursa transfer saat Pochettino lima tahun berada di klub.
Sosok asal Argentina itu memang mengeluarkan dana hingga €438 juta untuk membeli pemain baru, tetapi itu dilakukan selama 5,5 tahun dan diimbangi dengan penjualan pemain yang mencapai €328 juta, atau hanya defisit sebanyak €110 juta, tiga kali lebih sedikit dari catatan Mou di Old Trafford.
KRISIS PERTAHANAN
Mourinho dikenal sebagai pelatih yang mengandalkan pertahanan kuat sebagai kekuatan utama, dan Spurs saat ini mengalami krisis yang sangat besar dalam sektor tersebut. Saat ini, Tottenham telah kemasukan 17 kali di Liga Primer Inggris dan sempat dipermalukan dengan skor 7-2 di kandang sendiri oleh Bayern pada ajang Liga Champions.
Dimulai dari jantung pertahanan dengan Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld sedang memasuki tahun terakhir kontraknya di Spurs. Hal tersebut membuat ritme permainan kedua pemain inkonsisten musim ini, sehingga pertahanan klub menjadi lebih rapuh dari musim-musim sebelumnya.
Sementara itu, hengkangnya sosok Kieran Trippier ke Atletico Madrid pada bursa musim panas, membuat Spurs memiliki sedikit opsi berkualitas pada bek kanan.
KREATIVITAS MEREDUP
Dele Alli dan Christian Eriksen menjadi salah satu alasan kesuksesan Tottenham musim lalu, kreativitas dan agresivitas keduanya dari lini kedua yang menopang Harry Kane dan Son Heung-Min membuat serangan Spurs sangat hidup.
Tetapi pada musim ini, keduanya belum menemukan performa terbaik. Eriksen digadang-gadang sudah tidak nyaman di Spurs, dengan kontraknya telah memasuki tahun terakhir - sama seperti Vertonghen dan Alderweireld. Sementara Alli belum menunjukkan sentuhan emasnya seperti sebelumnya, dengan Roy Keane menyebut pemain berusia 23 tahun tersebut telah kehilangan 'rasa lapar' di atas lapangan.
Mourinho memiliki pekerjaan berat untuk bisa mengembalikan motivasi dan gairah kedua pemain tersebut agar bisa mengangkat performa Spurs di sisa musim ini.
MINIM TROFI
Target utama seorang pelatih dalam menukangi klub tentu saja menambah koleksi trofi juara ke dalam lemari. Tottenham jelas sangat membutuhkan Mourinho untuk melakukan hal tersebut, mengingat terakhir kali klub meraih gelar juara sudah lebih dari satu dekade silam.
Trofi terakhir Spurs adalah Piala Liga pada 2008, ketika tim besutan Juande Ramos menaklukkan Chelsea dengan skor 2-1 melalui gol penalti Dimitar Berbatov dan gol Jonathan Woodgate pada babak tambahan.
Setelah itu, gelar juara hanya sekedar angan, termasuk ketika Pochettino mengantar Kane dan kawan-kawan menembus final Piala Liga pada 2015 dan juga final Liga Champions musim lalu, saat mereka dipaksa mengakui keunggulan Liverpool dengan skor 2-0
Bila klub ingin mendapatkan trofi juara, Mourinho menjadi salah satu jawaban terbaik, dengan prestasinya yang tidak pernah absen mengangkat trofi bersama enam klub terakhirnya.