IKHTISAR
Di tengah semakin meraksasanya industri sepakbola, ada segelintir klub yang masih mempertahankan jati diri sebagai representasi kalangan biasa. Contohnya Rayo Vallecano, sumber kebanggaan salah satu kawasan termiskin sekaligus paling luas di Madrid: Vallecas.
Rayito, demikian sebutan kesayangan dari para suporter untuk klub, memiliki basis fans loyal yang mayoritasnya merupakan kelas pekerja. Mereka lantang menyuarakan dukungan saat tim berlaga di kandang.
Seperti lokasi klub, markas Rayo juga bernama Estadio de Vallecas. Hanya sanggup memuat 14.505 penonton, kapasitas stadion ini terkecil kelima di La Liga, tetapi itu tak mengurangi kebisingan fans kala menyemangati skuat yang kini ditukangi Paco Jemez.
Terlepas dari ukurannya yang mungil, Vallecas adalah salah satu venue terunik.
Pertandingan Berikut
Ketika menonton laga kandang Rayo dari televisi, Anda mungkin memerhatikan keberadaan gedung-gedung apartemen dekat stadion sehingga penghuni yang beruntung tinggal di sana bisa menyaksikan pertandingan secara cuma-cuma dari balkon atau jendela. Ini lantaran stadion terletak di Avenida de la Albufera, jalan utama yang membentang di sepanjang wilayah Vallecas.
Bukan cuma itu yang membuat rumah Rayo spesial. Vallecas adalah satu-satunya stadion La Liga yang cuma mempunyai tiga tribun, bukan empat. Pada sisi yang semestinya menjadi tribun utara justru berdiri tembok besar yang biasanya digunakan klub untuk menampilkan gambar berisikan pesan-pesan dukungan untuk fans dan para pemain.
Tiga tribun Vallecas toh sudah cukup berisik untuk mengintimidasi tim lawan, dan tidak jarang arena ini menjadi kuburan raksasa. Teraktual, Valencia dipaksa menyerah 2-0 akhir pekan kemarin. Padahal baru tiga hari sebelumnya Valencia menaklukkan Real Madrid.
Tidak melulu sepakbola, Vallecas yang tergolong muda untuk ukuran stadion - bahkan belum berusia setengah abad - telah melewati banyak hal, dari tiga perubahan nama stadion hingga mementaskan sederet bintang musik legendaris dunia. Bob Dylan memanggungkan rekaman kontroversialnya, Saved, pada 1980, konser perdana Deep Purple di Spanyol pada 1985 juga bertempat di Vallecas, dan pada 1992 Metallica menampilkan Creeping Death.
Vallecas terutama kesohor sebagai panggung konser ketiga terakhir Queen, band yang banyak dipandang salah satu yang terbaik sepanjang masa. Pada 3 Agustus 1986, Freddie Mercury dkk. menghibur 25 ribu orang di stadion ini sebelum mentas di Marbella dan kemudian menggelar konser terakhir di Knebworth Park, Inggris.
Bicara legenda, salah satu pemain yang sangat berarti untuk Rayo adalah Wilfred Agbonavbare, atau biasa dipanggil Willy oleh suporter. Kiper Nigeria yang memperkuat Franja (julukan Rayo yang terinspirasi dari garis diagonal pada seragam tim) pada 1990-an ini dipuja fans bukan cuma karena sepak terjangnya di lapangan, tetapi juga di luar.
Dia merupakan panutan dalam melawan rasisme, dan untuk mengenang sang legenda, Rayo mengabadikan namanya sebagai nama gerbang satu di Estadio de Vallecas setelah kematiannya pada 2015. "Karena penjagaanmu pada gawang Franja dan karena perlawananmu terhadap rasisme. Kami tak akan pernah melupakanmu," demikian pernyataan Rayo.
Willy, seperti halnya Rayo Vallecano sebagai sebuah klub, menjadi bukti sepakbola jauh lebih dari sekadar olahraga 11 lawan 11.
LOKASI
GALERI FOTO
La Liga